Aksi Cepat Tanggap (ACT) berencana membantu membangun rumah di Wamena, Papua, untuk para pengungsi yang ingin kembali ke daerah itu setelah situasi sudah aman dan kondusif.
"Ini salah satu rencana, kami akan bangun 165 rumah dan untuk recovery jika dukungan pubik dan donor cukup kuat kami juga bisa selesaikan 400 lebih ruko-ruko yang rusak," ucap Presiden ACT Ibnu Khajar dalam konferensi pers yang diadakan di Kantor ACT di Jakarta Selatan, Rabu.
Menurut dia, Batalyon Infanteri Raider 751 kabarnya memiliki tanah yang cukup luas untuk bisa membangun rumah dan penampungan bagi para pengungsi yang kehilangan tempat tinggal akibat kejadian tersebut.
Ibnu menekankan pertimbangan rencana pembangunan juga dilakukan dari sisi keamanan, karena hal itulah yang diperlukan para pengungsi yang ingin kembali ke Wamena.
Jika semua infrastruktur sudah selesai dan situasi keamanan dipastikan aman dan kondusif bagi masyarakat biasa, maka ACT berencana melakulan upaya pengembalian pengungsi ke Papua.
"Pendampingan berikutnya adalah sampai mereka kami jemput kembali bersama dengan pemerintah provinsi setempat untuk kami kembalikan ke Wamena," ujarnya.
Untuk masalah waktu yang diperlukan hingga mencapai titik tersebut, Ibnu tidak bisa memberikan jadwal yang pasti karena melihat kondisi saat ini memerlukan perencanaan yang pasti untuk membawa logistik demi membangun infrastruktur tersebut.
Ribuan orang mengungsi dari Wamena setelah kerusuhan pecah pada Senin (23/9/2019). Kebanyakan dari mereka hanya membawa barang seadanya karena tidak sempat menyelamatkan harta benda.
Kini sudah terjadi pergerakan pengungsi yang berasal dari luar Papua kembali ke daerah asalnya, seperti Sumatera Barat, Sulawesi Selatan dan Jawa Timur.
Menurut data ACT, masih ada sekitar 12.000 orang yang ingin dievakuasi keluar dari daerah Papua tersebut.
Kerusuhan Wamena mengakibatkan 31 orang meninggal dunia dan ribuan orang mengungsi ke daerah lain yang lebih aman.
Polisi sendiri sudah menetapkan tujuh tersangka dalam kasus kerusuhan di Wamena.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019
"Ini salah satu rencana, kami akan bangun 165 rumah dan untuk recovery jika dukungan pubik dan donor cukup kuat kami juga bisa selesaikan 400 lebih ruko-ruko yang rusak," ucap Presiden ACT Ibnu Khajar dalam konferensi pers yang diadakan di Kantor ACT di Jakarta Selatan, Rabu.
Menurut dia, Batalyon Infanteri Raider 751 kabarnya memiliki tanah yang cukup luas untuk bisa membangun rumah dan penampungan bagi para pengungsi yang kehilangan tempat tinggal akibat kejadian tersebut.
Ibnu menekankan pertimbangan rencana pembangunan juga dilakukan dari sisi keamanan, karena hal itulah yang diperlukan para pengungsi yang ingin kembali ke Wamena.
Jika semua infrastruktur sudah selesai dan situasi keamanan dipastikan aman dan kondusif bagi masyarakat biasa, maka ACT berencana melakulan upaya pengembalian pengungsi ke Papua.
"Pendampingan berikutnya adalah sampai mereka kami jemput kembali bersama dengan pemerintah provinsi setempat untuk kami kembalikan ke Wamena," ujarnya.
Untuk masalah waktu yang diperlukan hingga mencapai titik tersebut, Ibnu tidak bisa memberikan jadwal yang pasti karena melihat kondisi saat ini memerlukan perencanaan yang pasti untuk membawa logistik demi membangun infrastruktur tersebut.
Ribuan orang mengungsi dari Wamena setelah kerusuhan pecah pada Senin (23/9/2019). Kebanyakan dari mereka hanya membawa barang seadanya karena tidak sempat menyelamatkan harta benda.
Kini sudah terjadi pergerakan pengungsi yang berasal dari luar Papua kembali ke daerah asalnya, seperti Sumatera Barat, Sulawesi Selatan dan Jawa Timur.
Menurut data ACT, masih ada sekitar 12.000 orang yang ingin dievakuasi keluar dari daerah Papua tersebut.
Kerusuhan Wamena mengakibatkan 31 orang meninggal dunia dan ribuan orang mengungsi ke daerah lain yang lebih aman.
Polisi sendiri sudah menetapkan tujuh tersangka dalam kasus kerusuhan di Wamena.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019