Tapanuli Selatan (Antaranews Sumut) - Berbagai elemen masyarakat Sipirok menyatakan kehadiran Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batangtoru akan mampu menggairahkan perekonomian masyarakat daerah itu.

"PLTA Batangtoru sangat bermanfaat bagi kami, bagi pendidikan, bagi wisata, dan demi masa depan anak cucu kami, selain menutupi kebutuhan krisis energi listrik,"tegas Rifai Pane dan Lempang Siagian.

Alasan kedua tokoh pemuda Sipirok ini sekaligus menanggapi atas adanya sinyalemen oknum atau kelompok mengaku pencinta alam seperti WALHI Sumatera Utara menuding kehadiran PLTA Batangtoru merusak lingkungan dan punahnya satwa.

"Itu sebuah alasan yang dibuat-buat, buktinya hingga sekarang tidak ada satwa dilindungi seperti Orangutan Tapanuli, Harimau Sumatera maupun burung Enggang yang ditemukan mati di Sipirok, Marancar dan Batangtoru selaku kawasan PLTA,"jelasnya.

Menurut kedua tokoh ini sejak dahulu masyarakat daerah itu hidup damai berdampingan dengan satwa Hutan Batangtoru. Tidak pernah saling mengganggu, karena ada kearifan lokal yang mengatur itu.

"Makanya sudahilah itu dan jangan ganggu masyarakat, dan yang jelasnya pembangunan PLTA Batangtoru yang ramah akan lingkungan ini sudah sangat dinanti pembangunannya,"jelas Rifai dan Lempang.

Tegas lagi Raja Luat Sipirok Edward Siregar gelar Sutan Parlindungan Soeangkoepan yang menyatakan demi masa depan Tapanuli Selatan pembangunan PLTA Batangtoru 510 MW harus didukung penuh, karena menguntungkan rakyat.

"Jika ada oknum atau kelompok mengaku pecinta lingkungan seperti WALHI Sumatera Utara yang berkeberatan, silahkan datang dan temui saya,”kata Edward, karena menurutnya mereka lebih mengetahui kondisi kampung halamannya.

Sementara Ketua Paguyuban Pemerhati Lingkungan Sipirok, Marancar, Batangtoru (Simarboru) Abdul Gani Batubara juga tegas menyatakan alasan kekhawatiran terhadap bendungan PLTA di Sungai Batangtoru tidak perlu dilebih-lebihkan.

"Tidaklah mungkin perusahaan sebesar itu melakukan pengerjaan asal-asalan, sudah pasti penelitian dan mitigasi dilakukan oleh para pakar atau ahli dibidangnya baik itu faktor geologi, lingkungan dan konstruksinya,"ujarnya berlogika.

Seluruh penjelasan yang diutarakan perwakilan elemen masyarakat ini kepada sejumlah wartawan di Sipirok, pada Jumat (22/2), bahkan mereka menyatakan bagi yang menuntut penghentian pembangunan PLTA sama artinya memusuhi masyarakat Sipirok, Marancar dan Batangtoru yang telah merasakan manfaat proyek ini.

Pewarta: Kodir Pohan

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019