Medan (Antaranews Sumut) - Dampak El Nino sudah dirasakan perkebunan karet di Sumatera bagian utara atau sumbagut dengan ancaman bisa menurunkan produksi hingga 30 persen.
"Kalau El Nino terjadi sampai April 2019, penurunan produksi karet di Sumbagut diperkirakan sampai 30 persen dari hasil sudnormal," ujar Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia atau Gapkindo Sumut, Edy Irwansyah di Medan.
Apalagi, kata dia, saat ini, musim gugur daun sudah terjadi yang juga sudah membuat produksi karet turun.
"Ditambah ada El Nino, penurunan produksi karet akan semakin bertambah besar," ujarnya.
Oleh karena itu, ujar Edy, Gapkindo memprediksi penurunan produksi karet di 2019 akan lebih besar dibandingkan tahun 2018.
Dia tidak merinci besaran produksi karet Sumbagut, tetapi ekspor karet di Sumut setiap bulannya di sekitar 30ribuan - 40ribuan ton per bulan.
Dia menjelaskan, El Nino terlihat dari adanya musim hujan pada musim kemarau saat ini.
"Ancaman gugur daun akibat infeksi jamur fusicoccum yang dipicu kondisi kelembaban tinggi pada musim hujan sekaligus mendapatkan kondisi panas membuat penurunan produksi semakin berpotensi besar," ujarnya.
Edy menegaskan, kalau produksi karet turun lebih banyak, sementara harga ekspor masih bertahan di harga rendah atau di sekitar 1,3 dolar AS per kg, maka petani dan pengusaha karet akan semakin terpuruk.
Tahun 2018, volume ekspor karet Sumut turun 11 persen atau 456.536 ton dari 512. 725 ton di 2017.
Sementara harga ekspor juga turun di 2018 menjadi sekitar 1,36 dolar AS per kg dari 1.65 dolar AS per kg di 2017.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019
"Kalau El Nino terjadi sampai April 2019, penurunan produksi karet di Sumbagut diperkirakan sampai 30 persen dari hasil sudnormal," ujar Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia atau Gapkindo Sumut, Edy Irwansyah di Medan.
Apalagi, kata dia, saat ini, musim gugur daun sudah terjadi yang juga sudah membuat produksi karet turun.
"Ditambah ada El Nino, penurunan produksi karet akan semakin bertambah besar," ujarnya.
Oleh karena itu, ujar Edy, Gapkindo memprediksi penurunan produksi karet di 2019 akan lebih besar dibandingkan tahun 2018.
Dia tidak merinci besaran produksi karet Sumbagut, tetapi ekspor karet di Sumut setiap bulannya di sekitar 30ribuan - 40ribuan ton per bulan.
Dia menjelaskan, El Nino terlihat dari adanya musim hujan pada musim kemarau saat ini.
"Ancaman gugur daun akibat infeksi jamur fusicoccum yang dipicu kondisi kelembaban tinggi pada musim hujan sekaligus mendapatkan kondisi panas membuat penurunan produksi semakin berpotensi besar," ujarnya.
Edy menegaskan, kalau produksi karet turun lebih banyak, sementara harga ekspor masih bertahan di harga rendah atau di sekitar 1,3 dolar AS per kg, maka petani dan pengusaha karet akan semakin terpuruk.
Tahun 2018, volume ekspor karet Sumut turun 11 persen atau 456.536 ton dari 512. 725 ton di 2017.
Sementara harga ekspor juga turun di 2018 menjadi sekitar 1,36 dolar AS per kg dari 1.65 dolar AS per kg di 2017.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019