Medan (Antaranews Sumut) - Pemerintah Provinsi Sumatera Utara mengapresiasi langkah Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia yang mengenalkan wisata manggrove di sekitar perairan Belawan dan siap mendukung kawasan wisata itu.
"Pemerintah Provinsi Sumut memang sedang berbenah untuk mengembangkan lebih baik lagi kepariwisataannya dan wisata manggrove di perairan Belawan perlu didukung" ujar Wakil Gubernur Sumut Hj Nurhajizah di Belawan, Deliserdang.
Dia mengatakan itu usai mengikuti Wisata Mangrove yang digelar Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Sumut untuk merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Asita ke-47.
Wisata Mangrove itu menggunakan perahu bermotor atau boat mengitari hutan bakau dan menyaksikan burung imigran dari berbagai macam spesies serta melihat kapal penyalur listrik ke Sumut "Kapal Turki Onur Sultan".
Dukungan, kata Nurhajizah, bisa berupa promosi atau pembenahan sarana dan prasarana di kawasan objek wisata itu.
"Di Bali saja, objek wisata kecil-kecil bisa dijual. Kenapa di Sumut yang potensinya lebih bagus tidak bisa," katanya.
Termasuk wisata mangrove di kawasan Belawan yang tidak jauh dari Kota Medan.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sumut Hidayati mengatakan, wisata mangrove bukan saja semakin mengenalkan objek wisata Sumut, tetapi bisa membantu pemerintah mengembalikan hutan mangrove yang sempat rusak.
Menurut data, kata dia, 90 persen hutan mangrove di wilayah pesisir timur mengalami kerusakan, antara lain akibat beralih fungsi.
"Dengan dijadikan kawasan wisata, maka hutan mamgrove diharapkan bisa lebih cepat pulih. Dinas Lingkungan Hidup sangat mendukung objek wisata itu," katanya.
Ketua Asita Sumut Solahuddin Nasution didampingi Wakil Ketua J Gultom dan Adil Anwar, Sekretaris Yuriandi Siregar dan semua pengurus lainnya menyebutkan, sejak Bandara Polonia dipindahkan ke Kualanamu, perusahaan biro perjalanan wisata semakin tidak lagi bisa menahan turis untuk berlama-lama tinggal di Medan.
Apalagi dewasa ini, kata dia, Pemerintah Pusat dan Pemprov Sumiut sedang fokus pada penataan kawasan Danau Toba.
"Agar turis bisa bertahan di Medan dan sekitarnya harus ada objek wisata yang menarik dan baru selain wiaata `heritage`. Nah, wisata manggrove itu yang salah satunya yang diharapkan bisa dijual," katanya.
Objek wisata "heritage` atau sejarah bisa disatukan dengan objek wisata air dan lingkungan yakni menyisiri hutan mangrove.
Dia memgakui masih perlu banyak pembenahan di objek wisata mangrove Belawan, Deliserdang itu seperti lokasi "rest area" dan penyediaan kapal yang lebih baik untuk mengangkut wisatawan.
"Untuk itu Asita menilai perlu dukungan dari Pemprov Sumut," katanya.
Solahuddin menyebutkan, objek wisata mangrove bisa membantu mendorong kunjungan wisatawan mancanegara Sumut yang pada 2019 ditargetkan 1 juta dari 233.483 orang hingga November 2017.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018
"Pemerintah Provinsi Sumut memang sedang berbenah untuk mengembangkan lebih baik lagi kepariwisataannya dan wisata manggrove di perairan Belawan perlu didukung" ujar Wakil Gubernur Sumut Hj Nurhajizah di Belawan, Deliserdang.
Dia mengatakan itu usai mengikuti Wisata Mangrove yang digelar Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Sumut untuk merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Asita ke-47.
Wisata Mangrove itu menggunakan perahu bermotor atau boat mengitari hutan bakau dan menyaksikan burung imigran dari berbagai macam spesies serta melihat kapal penyalur listrik ke Sumut "Kapal Turki Onur Sultan".
Dukungan, kata Nurhajizah, bisa berupa promosi atau pembenahan sarana dan prasarana di kawasan objek wisata itu.
"Di Bali saja, objek wisata kecil-kecil bisa dijual. Kenapa di Sumut yang potensinya lebih bagus tidak bisa," katanya.
Termasuk wisata mangrove di kawasan Belawan yang tidak jauh dari Kota Medan.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sumut Hidayati mengatakan, wisata mangrove bukan saja semakin mengenalkan objek wisata Sumut, tetapi bisa membantu pemerintah mengembalikan hutan mangrove yang sempat rusak.
Menurut data, kata dia, 90 persen hutan mangrove di wilayah pesisir timur mengalami kerusakan, antara lain akibat beralih fungsi.
"Dengan dijadikan kawasan wisata, maka hutan mamgrove diharapkan bisa lebih cepat pulih. Dinas Lingkungan Hidup sangat mendukung objek wisata itu," katanya.
Ketua Asita Sumut Solahuddin Nasution didampingi Wakil Ketua J Gultom dan Adil Anwar, Sekretaris Yuriandi Siregar dan semua pengurus lainnya menyebutkan, sejak Bandara Polonia dipindahkan ke Kualanamu, perusahaan biro perjalanan wisata semakin tidak lagi bisa menahan turis untuk berlama-lama tinggal di Medan.
Apalagi dewasa ini, kata dia, Pemerintah Pusat dan Pemprov Sumiut sedang fokus pada penataan kawasan Danau Toba.
"Agar turis bisa bertahan di Medan dan sekitarnya harus ada objek wisata yang menarik dan baru selain wiaata `heritage`. Nah, wisata manggrove itu yang salah satunya yang diharapkan bisa dijual," katanya.
Objek wisata "heritage` atau sejarah bisa disatukan dengan objek wisata air dan lingkungan yakni menyisiri hutan mangrove.
Dia memgakui masih perlu banyak pembenahan di objek wisata mangrove Belawan, Deliserdang itu seperti lokasi "rest area" dan penyediaan kapal yang lebih baik untuk mengangkut wisatawan.
"Untuk itu Asita menilai perlu dukungan dari Pemprov Sumut," katanya.
Solahuddin menyebutkan, objek wisata mangrove bisa membantu mendorong kunjungan wisatawan mancanegara Sumut yang pada 2019 ditargetkan 1 juta dari 233.483 orang hingga November 2017.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018