Medan, 5/8 (Antara) - Pertumbuhan ekonomi Sumut pada Semester I 2016 diukur berdasarkan kenaikan produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2010 meningkat 5,34 persen dibandingkan periode sama 2015.
"Sumber pertumbuhan ekonomi tertinggi berdasarkan lapangan usaha disumbang oleh lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 1,59 persen," ujar Kabid Neraca Wilayah dan Analisa Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Ateng Hartono di Medan, Jumat.
Setelah usaha pertanian, kehatan dan perikanan, penyumbang terbesar lainnya adalah industri pengolahan 0,82 persen dan perdagangan besar eceran, reparasi mobil sepeda motor sebesar 0,68 persen.
Peranan tiga lapangan usaha tersebut mencapai 59, 54 persen terhadap total PDRB Sumut.
"Ekonomi yang bertumbuh itu menggembirakan, karena selain semua lapangan usaha mengalami pertumbuhan positif, perekonomian Sumut dibandingkan triwulan I 2016 juga sudah tumbuh 0,87 persen," katanya.
Menurut Ateng, kenaikan berdasarkan pendekatan pengeluaran komponen yang menyumbang sumber pertumbuhan tertinggi masih dari pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 2,53 persen dan komponen ekspor 2, 14 persen.
Pengamat ekonomi Sumut, Wahyu Ario Pratomo, menyebutkan, terjadinya pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari keberhasilan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) menekan inflasi.
"Meski masih ada kenaikan harga barang, tetapi bisa ditekan antara lain dengan melakukan OP (operasi pasar) dan itu sangat memberi kontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi di tengah ekspor yang masih terganggu," katanya.
Tentunya, kata dia, untuk meningkatkan terus perekonomian Sumut, Pemprov Sumut harus bisa terus mengendalikan harga di pasar agar kemampuan daya beli masyarakat tetap terjaga baik dan bahkan meningkat.
"Mudah-mudahan ekspor juga semakin membaik sehingga perekonomian semakin terdorong," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016
"Sumber pertumbuhan ekonomi tertinggi berdasarkan lapangan usaha disumbang oleh lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 1,59 persen," ujar Kabid Neraca Wilayah dan Analisa Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Ateng Hartono di Medan, Jumat.
Setelah usaha pertanian, kehatan dan perikanan, penyumbang terbesar lainnya adalah industri pengolahan 0,82 persen dan perdagangan besar eceran, reparasi mobil sepeda motor sebesar 0,68 persen.
Peranan tiga lapangan usaha tersebut mencapai 59, 54 persen terhadap total PDRB Sumut.
"Ekonomi yang bertumbuh itu menggembirakan, karena selain semua lapangan usaha mengalami pertumbuhan positif, perekonomian Sumut dibandingkan triwulan I 2016 juga sudah tumbuh 0,87 persen," katanya.
Menurut Ateng, kenaikan berdasarkan pendekatan pengeluaran komponen yang menyumbang sumber pertumbuhan tertinggi masih dari pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 2,53 persen dan komponen ekspor 2, 14 persen.
Pengamat ekonomi Sumut, Wahyu Ario Pratomo, menyebutkan, terjadinya pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari keberhasilan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) menekan inflasi.
"Meski masih ada kenaikan harga barang, tetapi bisa ditekan antara lain dengan melakukan OP (operasi pasar) dan itu sangat memberi kontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi di tengah ekspor yang masih terganggu," katanya.
Tentunya, kata dia, untuk meningkatkan terus perekonomian Sumut, Pemprov Sumut harus bisa terus mengendalikan harga di pasar agar kemampuan daya beli masyarakat tetap terjaga baik dan bahkan meningkat.
"Mudah-mudahan ekspor juga semakin membaik sehingga perekonomian semakin terdorong," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016