Padangsidimpuan 6/6 (Antarasumut)- Majelis Ulama Inodnesia (MUI) kota Padangsidimpuan, meminta warga agar tidak melakukan "asmara subuh", sebab, dapat membatalkan puasa dan makruh dalam berpuasa.
"Asmara subuh" biasa dilakukan oleh warga Kota Padangsidimpuan selepas melaksanakan Salat Subuh, kebiasaan seperti itu hanya ada ketika puasa Ramadhan.
Itu bukan budaya, tapi dapat mengurangi bahkan dapat membatalkan puasa," ujar Ketua MUI Kota Padangsidimpuan Zulfan Effendi Hasibuan di kantornya, Senin.
Pada umumnya, "asmara subuh" banyak dilakukan kalangan remaja, mereka sengaja berjanji untuk ketemuan di salah satu tempat setelah Salat Subuh. setelah bertemu, mereka langsung jalan-jalan sambil bercerita dan biasanya mereka berpasang-pasangan.
"Kondisi seperti itu mengundang pikiran jahat yang bisa membatalkan puasa, karena sudah berkumpul yang berlainan jenis," ujarnya.Menurutnya, saat berpuasa, semua harus dijaga baik mata, pikiran dan perasaan.
Apabila tidak bisa dikendalikan, maka dapat membatalkan puasa."Kondisinya, ketika asmara subuh berlangsung banyak dilihat yang dapat membatalkan atau mengurangi puasa," ujarnya.
Ia mengimbau kepada seluruh masyarakat agar tidak ikut-ikutan untuk asmara subuh. Menurutnya, daripada mengikuti kegiatan seperti itu, masyarakat sebaiknya melakukan kegiatan yang bermanfaat seperti membaca Al Quran, ketimbang "asmara subuh".
Sementara kepada seluruh orangtua diminta mengawasi anak masing-masing. Sebab, saat ini ada tradisi "asmara subuh".
Sementara itu, ketua DPRD Padangsidimpuan Taty Ariani Tambunan juga mengajak masyarakat agar tidak melakukan "asmara subuh", apalagi tingkat kriminalitas sedang tinggi dan dikhawatirkan kondisi seperti itu akan dimanfaatkan oknum-oknum tertentu untuk berbuat jahat."Puasa dan menjelang Lebaran tingkat kriminalitas tinggi, jadi, saya mengimbau kepada warga khususnya yang sering "asmara subuh" untuk berhati-hati, dan waspada" ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016
"Asmara subuh" biasa dilakukan oleh warga Kota Padangsidimpuan selepas melaksanakan Salat Subuh, kebiasaan seperti itu hanya ada ketika puasa Ramadhan.
Itu bukan budaya, tapi dapat mengurangi bahkan dapat membatalkan puasa," ujar Ketua MUI Kota Padangsidimpuan Zulfan Effendi Hasibuan di kantornya, Senin.
Pada umumnya, "asmara subuh" banyak dilakukan kalangan remaja, mereka sengaja berjanji untuk ketemuan di salah satu tempat setelah Salat Subuh. setelah bertemu, mereka langsung jalan-jalan sambil bercerita dan biasanya mereka berpasang-pasangan.
"Kondisi seperti itu mengundang pikiran jahat yang bisa membatalkan puasa, karena sudah berkumpul yang berlainan jenis," ujarnya.Menurutnya, saat berpuasa, semua harus dijaga baik mata, pikiran dan perasaan.
Apabila tidak bisa dikendalikan, maka dapat membatalkan puasa."Kondisinya, ketika asmara subuh berlangsung banyak dilihat yang dapat membatalkan atau mengurangi puasa," ujarnya.
Ia mengimbau kepada seluruh masyarakat agar tidak ikut-ikutan untuk asmara subuh. Menurutnya, daripada mengikuti kegiatan seperti itu, masyarakat sebaiknya melakukan kegiatan yang bermanfaat seperti membaca Al Quran, ketimbang "asmara subuh".
Sementara kepada seluruh orangtua diminta mengawasi anak masing-masing. Sebab, saat ini ada tradisi "asmara subuh".
Sementara itu, ketua DPRD Padangsidimpuan Taty Ariani Tambunan juga mengajak masyarakat agar tidak melakukan "asmara subuh", apalagi tingkat kriminalitas sedang tinggi dan dikhawatirkan kondisi seperti itu akan dimanfaatkan oknum-oknum tertentu untuk berbuat jahat."Puasa dan menjelang Lebaran tingkat kriminalitas tinggi, jadi, saya mengimbau kepada warga khususnya yang sering "asmara subuh" untuk berhati-hati, dan waspada" ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016