Medan, 18/10 (Antara) -Penduduk miskin di pedesaan Sumatera Utara pada tahun 2015 naik cukup tinggi hingga 71.240 orang atau menjadi 764.370 orang akibat melemahnya harga komoditas.

"Kenaikan angka kemiskinan pedesaan yang cukup tinggi di posisi Maret 2015 dibandingkan pada September 2014 otomatis mendorong lonjakan total penduduk miskin Sumut tahun ini," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Wien Kusdiatmono di Medan, Minggu.

Apalagi nyatanya, kemiskinan di perkotaan juga bertambah, meski pertumbuhannnya masih di bawah pedesaan..

Di kota, angka kemiskinan bertambah 31.830 menjadi 699.300 orang.

"Total kenaikan kemiskinan perkotaan dan di pedesaan sebanyak 103.070 orang dari posisi September 2014 atau menjadi 1.463.670 orang di Maret 2015 diakui menjadi pemikiran pemerintah," katanya.

Alasannya, angka itu mengindikasikan, jumlah penduduk miskin Sumut sudah menjadi 10,53 persen dari total penduduk Sumut atau naik dari sebelumnya yang masih 9,85 persen.

Padahal sebelumnya Pemprov Sumut menargetkan menekan angka kemiskinan itu di bawah 9,85 persen.

Wien menjelaskan, naiknya kemiskinan di pedesaan dipicu turunnya harga komoditas khususnya pada tanaman andalan petani yakni sawit dan karet, selain itu juga karena ada inflasi.

Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah menyebutkan, akibat harga karet yang terus melemah membuat petani kesulitan keuangan.

Bahkan akibat tidak mendapatkan uang yang memadai, petani beralih profesi menjadi buruh di kota sehingga juga diduga memicu angka kemiskinan di perkotaan.

"Harga bokar (bahan olah karet) yang hanya Rp500an per kg memang tidak mencukupi kebutuhan petani," katanya.***4***



Pewarta: Evalisa Siregar

Editor : Ribut Priadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015