Medan,11/5 (Antara) - Nilai ekspor Sumatera Utara ke Republik Rakyat Tiongkok (RRT) hingga triwulan I 2015 anjlok 55,45 persen dari periode sama tahun lalu yang sebesar 373,322 juta dolar AS atau tinggal 166,392 juta dolar AS.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Wien Kusdiatmono di Medan, Senin mengatakan, penurunan nilai ekspor Sumut ke RRT itu dipicu menurunnya penerimaan devisa dari berbagai barang ekspor utama Sumut.
Kecuali bubur kayu dan pulp dan bahan kimia organik, hampir semua nilai ekspor berbagai barang Sumut ke negara itu mengalami penurunan.
Untuk golongan lemak dan minyak hewan/nabati misalnya, nilai ekspor Sumut ke RRT turun 73,37 persen atau menjadi hanya 58,044 juta dolar AS.
Sedangkan, karet dan barang dari karet juga turun 66,40 persen menjadi 16,080 juta dolar AS.
"Tetapi meski turun, RRT masih termasuk dalam lima negara pengimpor terbesar minyak kelapa sawit, karet dan berbagai produk kimia dari Sumut," katanya.
Pada golongan lemak dan minyak hewan/nabati (kelompok minyak sawit), RRT menempati negara kedua terbesar sebagai pengimpor setelah India.
Sedangkan di karet dan barang dari karet berada di posisi ke empat dan berbagai produk kimia, RRT menjadi pengimpor terbesar dari Sumut.
"Penurunan nilai ekspor Sumut ke RRT tetap sebagai dampak krisis global dimana membuat permintaan dan harga jual berbagai barang ekspor turun,"katanya.
Keua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Derom Bangun, mengakui terjadi penurunan ekspor CPO dan produk olahan lainnya ke berbagai negara termasuk ke India dan RRT yang menjadi negara utama tujuan ekspor.
"Dampak krisis global yang masih berlanjut membuat permintaan dan harga CPO melemah.Jadi wajar saja, ekspor minyak sawit ke RRT dan India yang merupakan negara pembeli utama menjadi turun,"katanya.***3***
(T.E016/B/Subagyo/C/Subagyo) 11-05-2015 16:13:42
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Wien Kusdiatmono di Medan, Senin mengatakan, penurunan nilai ekspor Sumut ke RRT itu dipicu menurunnya penerimaan devisa dari berbagai barang ekspor utama Sumut.
Kecuali bubur kayu dan pulp dan bahan kimia organik, hampir semua nilai ekspor berbagai barang Sumut ke negara itu mengalami penurunan.
Untuk golongan lemak dan minyak hewan/nabati misalnya, nilai ekspor Sumut ke RRT turun 73,37 persen atau menjadi hanya 58,044 juta dolar AS.
Sedangkan, karet dan barang dari karet juga turun 66,40 persen menjadi 16,080 juta dolar AS.
"Tetapi meski turun, RRT masih termasuk dalam lima negara pengimpor terbesar minyak kelapa sawit, karet dan berbagai produk kimia dari Sumut," katanya.
Pada golongan lemak dan minyak hewan/nabati (kelompok minyak sawit), RRT menempati negara kedua terbesar sebagai pengimpor setelah India.
Sedangkan di karet dan barang dari karet berada di posisi ke empat dan berbagai produk kimia, RRT menjadi pengimpor terbesar dari Sumut.
"Penurunan nilai ekspor Sumut ke RRT tetap sebagai dampak krisis global dimana membuat permintaan dan harga jual berbagai barang ekspor turun,"katanya.
Keua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Derom Bangun, mengakui terjadi penurunan ekspor CPO dan produk olahan lainnya ke berbagai negara termasuk ke India dan RRT yang menjadi negara utama tujuan ekspor.
"Dampak krisis global yang masih berlanjut membuat permintaan dan harga CPO melemah.Jadi wajar saja, ekspor minyak sawit ke RRT dan India yang merupakan negara pembeli utama menjadi turun,"katanya.***3***
(T.E016/B/Subagyo/C/Subagyo) 11-05-2015 16:13:42
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015