Medan, 24/6 (Antara)- Deklarasi sawit "Abidjan" Pantai Gading, Afrika 10 - 13 Juni lalu akan membantu menekan kampanye negatif sawit di pasar internasional.

"Deklarasi itu bukan hanya akan membantu menepis isu negatif sawit di Afrika, tetapi juga dipastikan berimbas positif kepada sawit Indonesia dan internasional,"kata Ketua Umum DMSI (Dewan Minyak Sawit Indonesia), Derom Bangun, di Medan, Senin.

Derom mengatakan DMSI memberikan apresiasi atas deklarasi itu dan akan mengajak Malaysia dan Thailand ikut mendukung dan bekerja sama dengan Afrika untuk menepis isu negatif sawit.

Indonesia sendiri mendapat penghargaan di deklarasi itu dengan diikutsertakannya DMSI menjadi saksi deklarasi bertema Tantangan dan Prospek Pengembangan Sawit di Afrika dan di seluruh dunia.

Hadir dalam kongres ini utusan dan peserta dari negara-negara produsen minyak sawit antara lain Liberia, Kongo, Ghana, Gabon, Cameroon, Benin, dan Nigeria.

Derom Bangun diminta ikut menandatangai sebagai sanksi karena dinilai ikut memberi andil dalam pembahasan soal sawit dunia termasuk dalam pertemun tersebut, dimana menjadi pembicara utama ketiga yang membahas mengenai proses produksi yang berkualitas dan sertifikasinya, .

Deklarasi Abidjan atau dalam bahasa Perancis ¿La Declaration d¿Abidjan¿i menyatakan kebulatan tekad negara-negara produsen sawit di Afrika untuk secara bersama-sama menghadapi semua tantangan demi meningkatkan produksi minyak sawit.

Mengutip pernyataan Menteri Pertanian Pantai Gading, Mamadou Sangafowa Coulibaly dalam pidato pembukaan kongres itu.,Derom mengatakan dengan deklrasi itu, diharapkan bisa mendukung program pengembangan sawit di Afrika khususnya di Pantai Gading.

Pantai Gading menargetkan, bisa meningkatkan produksi CPO negaranya di tahun 2020 menjadi 600.000 ton dari 300.000 ton pada tahun ini.

Dia mengungkapkan, dengan peningkatan produksi tandan buah segar (TBS) sekitar 1,6 juta ton per tahun itu memberikan pekerjaan lebih dari dua juta orang sehingga sangat berperan penting dalam mengurangi kemiskinan dan kecukupan bahan pangan di negara itu.
Semakin Kuat

Derom menegaskan, kongres yang menghadirkan para peneliti dari Universitas Montpilier, Prancis, Prof Dr. Jran -Paul. Cristol yang menjadi pembicara mengenai aspek kesehatan dan nutrisime.

Sehingga diharapkan menyatukan tekad menyusun kekuatan untuk membantah tuduhan bahwa minyak sawit merusak lingkungan dan menjadi faktor penyebab penyakit jantung kardiovaskuler.

Negara-negara di Afrika itu juga berharap, Indonesia, Malaysia dan Thailand yang menjadi negara utama penghasil sawit bisa juga meningkatkan kerja sama untuk menekan isu negatif sawit di pasar internasional.

"Apalagi, Afrika menyadari produksinya masih jauh di bawah Indonesia yang sudah mencapai 28 juta ton. DMSI sendiri memang dalam kesempatan itu melakukan kerja sama dengan AIPH (Asosiasi Sawit Pantai Gading) yang telah dirintis sejak bulan Maret lalu,"katanya.

Penepisan isu negatif itu diyakni semakin kuat karena negara di Afrika tersebut juga menyetujui gagasan DMSI untuk membentuk forum riset.

"Mudah-mudahan forum riset itu bisa semakin dipertegas pada saat adanya forum bersama yang direncanakan dilakukan di Bulan Desember,"katanya.

Staf Ahli Menteri Luar Negeri Bidang Ekonomi, Sosial dan Budaya Kementerian Luar Negeri M Wahid Supriyadi, mengatakan, Pemerintah Indonesia membawa isu CPO dan karet dalam dalam Third APEC Senior Officials Meeting (SOM III) and Related Meetings, yang dilangsungkan 22 Juni - 6 Juli 2013.

Pembicaraan CPO dan karet yang menjadi komoditas utama Indonesia itu bertujuan untuk mengangkat harga komoditas tersebut yang otomatis membantu petani.

Pembahasan soal CPO akan dilakukan pada tanggal 3 Juli 2013 dimana pemerintah bekerja sama dengan Gapki (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) akan menerangkan kepada lembaga perlindungan lingkungan Amerika Serikat (AS) atau The US Environmental Protection Agency (EPA) terkait penelitian-penelitian yang telah dilakukan dimana sawit sudah memenuhi standar lingkungan dan kesehatan.

Dengan penjelasan itu, kata dia, diharapkan CPO nasional akan masuk dalam produk ramah lingkungan dan harga karet bisa naik dari dewasa ini yang masih tertekan.***3***Budi Suyanto
(T.E016/B/B. Suyanto/B. Suyanto)

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013