Medan (ANTARA) - Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara (USU) bersama Karo Foundation membahas keterkaitan Kerajaan Aru dengan Suku Karo melalui simposium dengan menghadirkan sejumlah pakar di bidang terkait.
Simposium digelar di Aula Fakultas Ilmu Budaya USU, Kamis (8/5) diikuti ratusan peserta yang juga dihadiri Bupati Karo Antonius Ginting, Wakil Bupati Deli Serdang Lom Lom Suwondo, Ketua Umum Karo Foundation Musa Bangun, Wakil Rektor USU Poppy Anjelisa dan sejumlah sejarahwan.
Kegiatan ini bertujuan memperjelas sejarah kejayaan Kerajaan Aru sebagai kerajaan maritim yang sukses dan kaya pada abad ke-16, sekaligus menguatkan identitas budaya masyarakat Karo.
Sekretaris Jenderal Karo Foundation Analgin Ginting menyatakan bahwa simposium ini menjadi langkah awal untuk memberikan kejelasan sejarah, khususnya bagi generasi muda Karo.
“Kita berharap setelah ada legitimasi akademis, generasi muda Karo semakin bangga mengetahui bahwa nenek moyang mereka adalah pelaut tangguh yang menguasai maritim hingga ke Cina dan Selat Malaka,” ujarnya.
Menurut Analgin, keberhasilan banyak orang Karo di bidang kemaritiman, seperti di Korps Marinir, tidak lepas dari warisan sejarah tersebut. Namun, selama ini narasi sejarah Kerajaan Aru masih belum jelas, sehingga diperlukan penelitian mendalam oleh para akademisi.
“Ini bukan pekerjaan satu kali, tetapi perlu kolaborasi berkelanjutan dengan peneliti dan universitas. Kami berencana melibatkan mahasiswa, terutama yang berasal dari Suku Karo, untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang budaya dan sejarah Karo,” tambahnya.
Karo Foundation berkomitmen mendukung upaya ini, baik dari segi pembiayaan maupun fasilitas lainnya. Simposium ini diharapkan menjadi momentum penting dalam mengungkap dan melestarikan warisan sejarah Suku Karo, sekaligus memperkuat identitas budaya di tengah modernisasi.
“Kami ingin sejarah ini tidak hanya menjadi cerita, tetapi juga memotivasi generasi muda untuk menggali dan bangga akan akar budayanya,” pungkas Analgin.
Kegiatan ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak, termasuk akademisi USU, yang menyambut baik kolaborasi dalam penelitian sejarah dan antropologi untuk mengungkap hubungan Kerajaan Aru dengan Suku Karo secara lebih komprehensif.
Dekan FIB USU Prof. T. Thyrhyaya menyampaikan, sebagai institusi akademi yang memiliki mandat untuk melestarikan budaya bangsa, maka fakultas FIB memiliki peran penting dalam mengembangkannya.
“Kami mengucapkan terimakasih kepada para pembicara, kegiatan akademik ini menghasilkan kolaborasi dan kerjasama. Kita sudah banyak berbicara bagaimana implementasi dari kerjasama ini, kami berharap Karo Foundation bisa membantu untuk program internasional fakultas,” ujarnya.
Ketua Umum Karo Foundation Mayjen TNI (Purn) Musa Bangun berharap melalui kegiatan ini semoga memberi gambaran identitas karo yang sebenarnya.
“Kalau kita berbicara mengenai kerajaan Aru bahkan orang karo sedikit yang mengetahuinya. Melalui simposium ini kita bisa melangkah kedepan, khususnya untuk peradaban karo,” jelasnya.
Disebutnya, Karo Foundation hadir membawa satu trobosan untuk bekerjasama dengan akademisi dan pemerintahan.
“Disini kita mencari legitimasi yang jelas mengani sejarah peradaban karo,” ungkapnya.
Wakil Rektor III USU, Prof, Poppy Anjelisa mengatakan, bahwa kegiatan ini penting dilihat dari berbagai aspek, baik itu sisi budaya maupun kearifan lokal.
“Penggalian nilai sejarah budaya sesuai dengan tema untuk bisa dikaji lebih dalam. Ini salah satu branding USU untuk meningkatkan internasionalisasi, salah satu keunggulan kita adalah kegiatan yang ada di Fakultas Ilmu Budaya,” pungkasnya.