"Banyak pasien terutama para remaja yang sudah masuk puber kadang-kadang malas mandi, bisa dua atau tiga hari sekali, itu hal kecil tapi bisa meningkatkan risiko keputihan karena kuncinya kebersihan," katanya dalam seminar daring di Jakarta, Jumat.
Jimmy mengatakan salah satu kondisi kesehatan yang bisa dialami wanita yakni keputihan dan ini sebenarnya normal asalkan tidak berbau, tidak berwarna dan lebih kental dari biasanya.
Keputihan biasanya muncul saat menjelang menstruasi atau sesudah menstruasi dan masa subur.
"Keputihan itu normal dijumpai pada wanita. Keputihan yang berwarna, lebih kental dari biasanya, baunya beda itu biasanya abnormal," kata dia.
Oleh karena itu, lanjutnya, selain rutin mandi, disarankan kaum hawa untuk membersihkan organ kewanitaannya menggunakan air bersih tanpa sabun setidaknya satu kali dalam sehari.
Tak hanya tentang cara menjaga kebersihan, dia pun memberikan kiat merawat daerah kewanitaan antara lain tidak menggunakan pantyliner (produk kewanitaan berbentuk seperti pembalut namun ukurannya lebih kecil) setiap hari karena penggunaan berkepanjangan malah meningkatkan risiko keputihan.
Selain itu, wanita sebaiknya menghindari penggunaan tisu beralkohol, penggunaan pembalut dengan wewangian karena dapat meningkatkan risiko alergi pada organ kewanitaan serta menghindari penggunaan celana dalam ketat.
"Gunakan bahan celana dalam yang lebih longgar dan nyaman di kulit biasanya katun karena kalau kasar biasanya kurang nyaman untuk di daerah kewanitaan," jelas dia.
Wanita juga sebaiknya selalu mengganti pakaian kalau berkeringat.
Wanita, imbuh Jimmy, lebih mudah mengalami keputihan saat hamil.
Namun, saat keputihan yang muncul berbau atau ada warnanya, dia menganjurkan wanita memeriksakan diri ke dokter.
"Kalau khawatir coba periksa ke dokter. Biasanya dokter harus melihat langsung," demikian saran Jimmy.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ini dampak buruk bagi organ kewanitaan yang jarang mandi