Medan (ANTARA) - Ketua Umum Kadin Sumatera Utara Firsal Dida Mutyara mengatakan hilirisasi dan dekarbonisasi menjadi dua hal yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi pada tahun 2024.
"Hilirisasi ini sangat penting karena meningkatkan nilai tambah. Untuk dekarbonisasi, itu merupakan peluang bisnis," ujar Firsal dalam acara "Sumut Economic Outlook 2024" di Medan, Selasa (16/1).
Dia melanjutkan hilirisasi produk perkebunan seperti kelapa sawit, kopi dan karet menjadi kebutuhan untuk mendongkrak perekonomian.
Namun, Firsal menggarisbawahi bahwa hilirisasi harus berpedoman pada prinsip keberlanjutan.
Sementara terkait dekarbonisasi, Kadin Sumut mencatat ada lima aspek di dalamnya yang bisa dimanfaatkan untuk bisnis.
Pertama adalah pengelolaan limbah terintegrasi, misalnya jasa penjemputan limbah terpilah dengan daur ulang yang dijual ke industri.
Kedua, menghasilkan kompos dengan lalat tentara hitam atau "black soldier fly" yang dapat mengonsumsi limbah makanan.
Ketiga, mengubah limbah organik menjadi biogas yang bisa menjadi sumber panas industri.
Selanjutnya, gasifikasi untuk menghasilkan produk seperti gas sintetis, "biochar" atau arang dan "bio-oil" untuk kulit.
Terakhir, mengembangkan fasilitas "refused derived fuel" (RDF), yang memadatkan limbah organik untuk dibuat sebagai bahan bakar "co-firing" atau pengganti batu bara.
Firsal menyebutkan emisi limbah diperkirakan meningkat empat sampai lima kali sampai tahun 2060. Akan tetapi, dia menilai ada beberapa hal yang menjadi tantangan untuk dekarbonisasi sektor limbah.
Satu di antaranya adalah kecenderungan 80 persen limbah padat tercampur dari sumbernya. Kemudian, rantai nilai pengumpulan limbah daur ulang memakan waktu, kurang efisien.
Berikutnya, 70-85 persen air limbah domestik dibuang dalam sistem tertutup sehingga menghasilkan gas rumah kaca.
Lalu, dari total biasanya satu persen air limbah industri yang diolah, sedangkan 99 persennya air limbah yang menjadi emisi limbah industri.