Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis anestesiologi RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr. Noor Hafidz Sp.An mengatakan perubahan kebiasaan minum obat pada pasien yang memiliki penyakit risiko tinggi dapat menyebabkan risiko keparahan atau tingkat kritis yang lebih tinggi.
“Biasanya di pasien-pasien ICU menjadi kritis karena berubah kebiasaan minum obatnya karena bosan dan kalau berhenti atau malah infeksi mungkin bisa menjadi kondisi kritis,” kata Hafidz dalam diskusi Kesehatan yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.
Hafidz mengatakan kondisi pasien dikatakan kritis jika mengalami sakit berat sehingga potensi kematiannya dekat. Biasanya pasien dengan kategori kritis mengalami gagal organ multiple atau mengalami infeksi yang mengancam nyawa.
Kategori kritis juga digunakan pada pasien yang mengalami trauma seperti kecelakaan atau korban kebakaran.
Dokter yang menyelesaikan Pendidikan di Universitas Indonesia ini mengatakan kondisi kritis bisa dipicu dengan berbagai faktor risiko yaitu host atau pasien, agen atau pembawa penyakit dan lingkungan.