Ketentuan ini kerap menjadi pintu masuk bagi tuan rumah untuk mendulang medali, lebih dari sekadar upaya mengenalkan kekayaan budaya setempat ke kawasan. Praktik ini pun terjadi dari SEA Games ke SEA Games, termasuk di Vietnam tahun lalu.
Lalu, pembenaran untuk laku seperti ini, di satu sisi menjadi lampu hijau untuk hal-hal tidak patut dalam olahraga, khususnya praktik curang selama kompetisi.
Kecurangan ini bahkan tak jarang dilakukan terang-terangan, sampai ajang ini seperti melupakan sportivitas yang semestinya dijunjung tinggi dalam kompetisi olahraga.
Protes demi protes pun terjadi di berbagai arena SEA Games sampai mewujud seperti siklus, tanpa ada upaya serius dalam menghentikannya.
Selanjutnya: Cara-cara tidak sportif harus dikoreksi
Harus dikoreksi
Memang benar SEA Games diabdikan untuk mempererat kerja sama dan persahabatan di antara negara-negara Asia Tenggara. Tetapi apakah semua itu harus dilakukan dengan mengesampingkan sportivitas dan nilai-nilai kompetisi olahraga yang justru kian ditinggikan oleh badan-badan olahraga dan ajang-ajang lebih tinggi dari SEA Games?
Lebih dari itu, perselisihan karena laku tidak sportif juga bertolak belakang dengan ide persatuan ASEAN yang menyemangati setiap pertemuan ASEAN, termasuk KTT ASEAN 2023 di Labuan Bajo, pekan lalu.
Persatuan seharusnya tak meniadakan atau memaklumi laku dan praktik yang menyalahi aturan. Sebaliknya, persatuan seharusnya berpegang kepada aturan yang disepakati bersama yang mesti dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua yang menyepakati aturan bersama itu.
Kompetisi olahraga juga mengenal logika itu, bahwa aturan dan nilai mesti dipatuhi serta dihormati pelaku olahraga, baik di dalam maupun di luar lapangan, termasuk dalam bagaimana prestasi diraih atau kemenangan diperoleh.
Dalam olahraga, cara kompetisi dimenangkan sama pentingnya dengan kemenangan itu sendiri, bahkan bisa lebih penting, apalagi jika ajang olahraga itu diabdikan untuk memupuk dan memuliakan persahabatan seperti pada SEA Games.
Tapi akan sangat ironis jika lingkungan kompetisi yang diabdikan untuk persahabatan malah memupuk permusuhan yang diakibatkan oleh perilaku tidak adil dan tidak sportif selama kompetisi.
Yang sering terjadi dalam SEA Games, aturan dan nilai olahraga dicampakkan hanya demi juara dan medali. Padahal, ini tak hanya mencederai persahabatan, tapi juga menolak esensi kompetisi olahraga yang meninggikan aturan.
"Juara itu lebih dari sekadar pemenang. Juara itu adalah orang yang menghormati aturan dan berkompetisi dalam semangat fair play," kata mendiang Jacques Rogge yang menjadi presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) dari 2001 sampai 2013.
Waktunya mengubah lingkungan kompetisi SEA Games
Selasa, 16 Mei 2023 12:53 WIB 2072