Jakarta (ANTARA) - Pada awal musim 2022/2023, mungkin seseorang akan dicap kurang waras jika menjagokan Napoli akan tampil dominan di Liga Italia 2022/2023.
Selain diarsiteki pelatih Luciano Spalletti yang belum pernah meraih gelar Liga Italia, kehilangan para pemain utama seperti Lorenzo Insigne, Dries Mertens, Fabian Ruiz, dan Kalidou Koulibaly, yang digantikan dengan kedatangan sederet pemain yang namanya kurang populer.
Aroma bersaing untuk sekedar berada di papan tengah menjadi santer tercium di kalangan para penggemar.
Bahkan saat menjalani latihan pramusim di Kota Dimaro, Italia, Spalletti dan presiden Aurelio De Laurentiis sempat mendapat cibiran dari para tifosi lantaran dianggap gagal mempertahankan para pemain bintang.
Namun faktanya setelah menjalani 19 pertandingan, Napoli justru kokoh bertengger di pucuk klasemen dengan koleksi 50 poin. Unggul jauh sebesar 12 poin atas tim peringkat kedua AC Milan (38 poin), serta 13 poin atas tim peringkat ketiga Lazio (37 poin).
Dengan mempertimbangkan semua faktor yang ada, sebenarnya tidak ada resep rahasia khusus dari begitu dominannya Napoli di Liga Italia. Strategi pelatih dan strategi perekrutan pemain menjadi dasar dari begitu menggilanya anak-anak dari Selatan Italia ini.
Keberanian manajemen klub untuk mempertahankan Spalletti berbuah manis. Spalletti mampu mengatasi masalah hengkangnya para pemain kunci, untuk membentuk skuad Napoli yang tidak kalah cemerlang tanpa mengandalkan banyak pemain bintang.
Sebagai sosok yang percaya takhayul, dramatis, dan agresif secara verbal, Spalletti seperti menemukan tempat yang nyaman untuk mengaplikasikan gaya sepak bola mengalirnya di Napoli.
Strategi transfer brilian
Strategi transfer menjadi faktor penting dalam keberhasilan Napoli menjadi juara musim dingin Liga Italia 2022/2023. Sebelum musim ini, siapa yang pernah mendengar sepak terjang Khvicha Kvaratskhelia dan Kim Min Jae? Atau siapa yang pernah terbersit bahwa Giovanni Simeone dan Frank Anguissa akan dapat membela tim yang berada di puncak klasemen? Mungkin ada, tapi minoritas.
Urusan perekrutan pemain ini bahkan bukan baru dimulai pada bursa transfer 2022/2023. Kedatangan Juan Jesus pada Agustus 2021 dapat dijadikan sebagai contoh betapa manajemen Napoli jeli melihat pemain bagus tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam. Saat Spalletti berusaha mendekati pemain Brazil itu, Juan sedang berstatus bebas transfer dan sudah absen bermain selama beberapa bulan.
Demikian juga kedatangan Kvaratskhelia. Pemain Georgia itu mungkin dapat disebut perekrutan terbaik di Liga Italia sejak kedatangan Cristiano Ronaldo ke Juventus beberapa tahun silam. Ketenangan dan kemampuan Kvaratskhelia mengatasi tekanan telah membuatnya memberi dampak instan bagi Partenopei di Italia.
Kvaratskhelia tercatat telah menyumbangkan tujuh gol dan tujuh assist dalam 14 penampilannya di Liga Italia musim ini. Ia hanya kalah tajam dari Victor Osimhen yang telah mengukir 13 gol. Dengan popularitasnya yang semakin melambung belakangan ini, tidak heran pemain 21 tahun ini kerap dijuluki Kvara-Dona, sebagai padanan terhadap legenda Napoli dan Argentina yang menjadi nama stadion mereka, Diego Maradona.
Di lini belakang, publik Naples ternyata tidak perlu terlalu lama menangisi kepergian Koulibaly. Kehadiran Kim Min Jae terbukti mampu menjadi batu karang di kotak penalti Napoli. Dengan dibekali fisik mumpuni yakni tinggi 190 centimeter dan berat 88 kilogram, pemain Korea Selatan itu tidak ragu untuk berduel dengan siapapun, dan kerap kali memenangi duel-duel tersebut.
Selain kehadiran pemain-pemain baru, keberadaan pemain lama seperti Osimhen, yang baru didatangkan Napoli pada 2020, juga terbukti merupakan faktor penting kinerja tim. Osimhen dengan cepat membuat para penggemar Napoli tidak terlalu menyesali kegagalan klub mendatangkan Paulo Dybala pada musim panas, dengan kecepatan, kekuatan, dan ketangguhannya di udara, Osimhen telah menjelma menjadi mesin gol yang berbahaya dengan koleksi 13 gol dari 15 pertandingan Liga Italia yang telah dimainkannya.
Dengan catatan gol yang impresif itu, Osimhen merupakan pencetak gol terbanyak Liga Italia sampai pekan ke-19, dan jika mampu mempertahankan ketajamannya di depan gawang, bukan mustahil Osimhen akan menjadi Cappocannonieri (pencetak gol terbanyak) liga saat musim berakhir.
Dominan di penguasaan bola
Mengacu pada status situs statistik transfermarkt, Napoli memiliki dominasi penguasaan bola peringkat kedua di Liga Italia, yakni sebesar 61,3 persen. Mereka hanya kalah dari Fiorentina, yang memiliki catatan 62,2 persen.
Catatan statistik lain terlihat mengejutkan. Sebab tidak ada satu pun pemain Napoli yang masuk dalam daftar 25 besar pemain dengan jarak tempuh terbanyak per pertandingan. Pemain Napoli dengan catatan jarak tempuh terbanyak adalah gelandang Andre Anguissa yang berada di urutan ke-26, dengan rata-rata jarak tempuh 10.617 kilometer per pertandingan. Sebagai perbandingan, pemain dengan jarak tempuh terbanyak, Sergei Milinkovic-Savic mencatatkan rata-rata 11.801 kilometer per pertandingan.
Napoli juga tidak dominan dalam catatan dribble per pertandingan. Hanya Kvaratskhelia yang masuk dalam daftar 32 besar liga, dengan rata-rata 1,1 dribble per pertandingan.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa permainan individual bukan menjadi ciri Napoli. Hal itu semakin terlihat saat melihat catatan rata-rata operan per pertandingan yang dirilis laman whoscored.com. Terdapat lima pemain Napoli dalam daftar lima besar pengoper terbanyak, di saat tidak ada klub lain yang memiliki lebih dari dua pemain dalam 16 besar daftar tersebut.
Pemain yang memuncaki daftar itu adalah Kim dengan catatan 69,8 operan per pertandingan. Di urutan kedua terdapat Amir Rrahmani, dengan catatan 69,6 operan per pertandingan. Namun dalam urutan 16 besar masih terdapat tiga pemain Napoli lainnya, yakni Stanis Lobotka (54,9), Mario Rui (54), dan Anguissa (53,4).
Belum jelas bagaimana akhir perjalanan Napoli pada musim 2022/2023. Tapi satu distraksi telah hilang saat mereka kalah dari Cremonese pada pertandingan 16 besar Piala Italia Rabu (18/1) silam. Kini Napoli hanya berpartisipasi di dua kompetisi, Liga Italia dan Liga Champions di mana pada putaran 16 besar mereka akan ditantang klub Jerman Eintracht Frankfurt.
Apapun akhir perjalanan Napoli pada musim ini, yang jelas Partenopei telah berhasil membuat publik Naples bermimpi dan penggemar sepak bola netral merasa terhibur dengan permainan atraktif mereka, plus tentu saja mengganggu kemapanan dan dominasi klub-klub Italia Utara.