Medan (ANTARA) - Regal Springs Indonesia kembali mengkampanyekan nutrisi dan gizi yang berimbang untuk anak guna membantu pemerintah dalam menekan angka penderita stunting.
Kampanye dilaksanakan melalui Health Talk webinar bertajuk “Pastikan Gizi di 1.000 Hari Pertama Kehidupan” yang diikuti oleh ratusan peserta pada Sabtu (17/12).
"Regal Springs Indonesia melakukan kampanye itu karena merujuk data Kementerian Kesehatan, Indonesia saat ini masih dihadapkan dengan berbagai permasalahan gizi, terutama gizi kurang atau stunting dan obesitas," ujar Ahmad Ihsanuddin Head of Commercial Sales & Business Development.
Berangkat dari fakta tersebut, dalam rangkaian Hari Ikan Nasional, Regal Springs Indonesia kembali kampanyekan pentingnya nutrisi dan gizi yang berimbang untuk anak.
Berdasarkan survei Studi Kasus Gizi Indonesia (SSGI) 2021, disebutkan bahwa prevalensi stunting sebesar 24,4%. Capaian ini masih jauh dari angka prevalensi yang ditargetkan pemerintah, yaitu 14% pada tahun 2024.
Berangkat dari fakta tersebut, dalam rangkaian Hari Ikan Nasional, Regal Springs Indonesia kembali kampanyekan pentingnya nutrisi dan gizi yang berimbang untuk anak melalui Health Talk webinar bertajuk “Pastikan Gizi di 1.000 Hari Pertama Kehidupan” yang diikuti oleh ratusan peserta pada Sabtu kemarin.
Regal Springs Indonesia menyadari pentingnya kebutuhan gizi yang seimbang bagi anak terutama di 1.000 hari pertama kehidupan anak (1.000 HPK) menjadi salah satu tujuan utama perusahaan sebagai produsen pangan bernutrisi untuk mengedukasi masyarakat.
Kegiatan ini juga dimaksudkan sebagai upaya untuk mendukung pemerintah dalam menangani permasalahan malnutrisi.
Health Talk yang diadakan secara regular ini adalah salah satu bentuk perhatian serius dari Regal Springs Indonesia terhadap tumbuh kembang anak-anak Indonesia.
"Dengan menghadirkan pakar dan ahli gizi sebagai narasumber, kami berharap semakin banyak orangtua yang menyadari pentingnya variasi sumber gizi, salah satunya dari ikan sebagai sumber protein hewani. Melalui produk pangan yang bernutrisi, kami harap perusahaan dapat berkontribusi membangun generasi yang lebih baik di masa mendatang,” ujar Ahmad Ihsanuddin.
Penentu pertumbuhan anak adalah genetik, hormon, nutrisi, kesehatan dan lingkungan. Hal ini disampaikan oleh praktisi kesehatan dr. Satrio Bhuwono Prakoso M. Ked (Ped) Sp.A.
“Yang kita ketahui ada pertumbuhan dan perkembangan anak. Pertumbuhan adalah perubahan antropometri, yaitu tinggi dan berat badan. Sementara yang termasuk perkembangan di antaranya fisik, emosional, pikiran, linguistik yang terjadi pada anak hingga dewasa. Kedua hal ini (pertumbuhan dan perkembangan) saling berhubungan,” ungkap dr. Satrio.
Ditambahkannya, sebagai orang tua, hal yang bisa kita intervensi untuk menentukan pertumbuhan anak adalah dengan mencukupi nutrisi, terutama di 1.000 hari pertama kehidupan.
“1.000 hari pertama kehidupan bukanlah dari anak lahir, tapi masa sejak anak dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun. Ini adalah periode emas. Jadi sebelum seorang ibu mempersiapkan kehamilan atau bahkan wanita yang baru akan menikah, justru di saat inilah gizi sudah mulai harus diperhatikan. Periode ini yang tidak boleh dilewatkan,” jelas dr. Satrio.
Narasumber lainnya pada Health Talk ini, Prof. Dr. Ir. C. Hanny Wijaya, M.Agr turut mengungkapkan bahwa asupan pangan pada 1.000 hari pertama kehidupan sangat berpengaruh pada kualitas seorang manusia hingga dewasa.
“Ini adalah investasi awal yang perlu kita rencanakan, salah satunya memilih pangan yang baik untuk ibu dan sebisa mungkin tidak mengandung bahan kimia,” kata Prof. Hanny.
Untuk ibu hamil atau anak yang sedang dalam masa pertumbuhan perkembangan, pangan bernutrisi seperti ikan Tilapia dapat menjadi salah satu sumber protein hewani yang baik.
“Ikan yang baik, di antaranya tidak berbau amis. Penyebab bau amis pada ikan timbul karena adanya senyawa trimetil amina. Pada ikan Tilapia fillet, umumnya ikan masih sangat segar saat proses produksi jadi tidak ada kesempatan terbentuknya senyawa penyebab bau amis,” tambah Prof. Hanny.
Prof. Hanny juga menegaskan, orang tua tetap harus memerhatikan komposisi gizi seperti lemak, kolesterol, protein yang lengkap pada bayi dan anak-anak di periode emas tumbuh kembangnya.