Medan (ANTARA) - Peningkatan kasus harian COVID-19 di Sumatera Utara dalam beberapa hari terakhir tidak hanya dialami oleh orang dewasa, tapi juga oleh pelajar. Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 Sumatera Utara mencatat sepekan terakhir ada 50 pelajar terkonfirmasi positif per hari.
"Dalam seminggu ini kita lihat per hari ini 30-50 kasus anak per hari jadi jauh meningkat dibandingkan satu bulan terakhir," ujar anggota Satgas COVID-19 Sumut dr Inke Nadia Lubis di Aula Tengku Rizal Nurdin Medan, Senin (7/2).
Kata dia, salah satu kemungkinan pelajar terkonfirmasi COVID-19 karena adanya kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM). Sebab, sebelum PTM di mulai, angka anak terkonfirmasi COVID-19 sangat kecil.
Baca juga: Dinkes: Kasus COVID-19 di Sumut diprediksi meningkat hingga akhir Februari
"Mungkin disebabkan tadi adanya PTM pada anak-anak jadi penyebaran lebih cepat, kita memang belum mengumpulkan data anak-anak terinfeksi dari mana, apakah dari sekolah atau keluarga, ini yang belum bisa kita pastikan. Yang kita tahu pasti kasus anak sangat tinggi 40 per hari dalam beberapa hari udah langsung banyak sekali," jelasnya.
Dari jumlah tersebut, menurut dia, 40 persen diantaranya berasal dari pelajar tingkat SMA sederajat. Khusus pelajar SMA dia memprediksi tertular COVID-19 karena aktivitasnya di luar sekolah.
"Paling banyak (tertular) itu SMA, 40 persen pada anak SMA, tetapi ini tidak berbeda di tahun 2020 dan 2021, kemungkinan anak SMA ini terjadi penularan bukan karena sekolah tapi karena aktifitas yang banyak di luar, begitu juga pada anak SMP 20 persen, jadi 2020-2021 hanya 16 - 17 persen, sekarang ini untuk Omicron proporsi yang terpapar 20 persen dari seluruh kasus ada kemungkinan anak-anak yang lebih kecil itu tertular dari sekolah," ucap dr Inke.
Sebagai antisipasi penyebaran COVID-19 khususnya varian Omicron di sekolah, maka diberlakukan pembatasan jumlah pelajar yang mengikuti PTM maksimal 50 persen.
"Untuk antisipasi kita dengan 50 persen tetapi ada Omicron penyebaran cepat, harus dievaluasi sampai empat hari, kalau kasus kecepatan naik maka harus dirubah ke pembelajaran jarak jauh atau di daerah tersebut positivity rate lima persen. Jadi kita tidak bisa lagi melihat per kota, tapi positivity rate per kecamatan karena kecamatan tertentu lebih tinggi karena kecamatannya sudah lebih dari itu, sekolah tidak boleh buka lagi," ujarnya.