Medan (ANTARA) - Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun Sumatera Utara membantah terjadi kelangkaan pupuk bersubsisi di daerah itu karena pupuk yang disalurkan ke petani sudah sesuai alokasi.
"Tim sudah meninjau khususnya ke Desa Mariah Hombang, Kecamatan Huta Bayu Raja yang dinyatakan terjadi kelangkaan pupuk dan lonjakan harga, nyatanya tidak benar," ujar Kabid Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun, Elfrida Panjaitan dalam keterangannya di Medan, Senin.
Dia mengatakan itu menanggapi adanya pernyataan terjadi kelangkaan pupuk bersubsidi di daerah tersebut sejak akhir 2021.
Elfrida menyebutkan, penyaluran pupuk bersubsidi ke petani dilakukan pada masa tanam pertama dan kedua.
Nyatanya petani di desa itu sudah panen dua kali yang artinya indeks pertanaman dua kali sudah berhasil dan tingkatan produksi dilaporkan rata-rata 6,3 ton per hektare.
Ada pun untuk tahun 2022, katanya, sudah ada keputusan soal alokasi dan harga eceran tertinggi (HET) pupuk bersubsidi yang dikeluarkan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumut pada 3 Januari 2022.
"Jadi kalau petani mau melanjutkan masa penanaman sudah bisa menggunakan alokasi pupuk 2022," katanya.
Kabid Sarana dan Prasarana Pertanian Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumut, Jonni Akim Purba juga menegaskan tidak ada terjadi kelangkaan pupuk di Simalungun maupun daerah lain di Sumut.
Realisasi penyaluran NPK pada 2021, misalnya, mencapai 98,16 persen atau 116.604 ton dari alokasi 118.788 ton.
Realisasi penyaluran Pupuk Urea juga 96,23 persen dari alokasi yang sebanyak 152.627 ton.
"Pemprov Sumut juga terus berupaya meminta tambahan alokasi dan meski belum seperti yang diinginkan jumlahnya, namun diupayakan semaksimal mungkin petani yang masuk dalam kelompok tani mendapat pupuk bersubsidi," katanya.
Pada 2022, alokasi pupuk Urea menjadi 156.156 ton dari 2021 yang masih 152.627 ton.