Jakarta (ANTARA) - Pasar truk pickup Amerika atau dunia mungkin akan berubah dalam beberapa bulan ke depan setelah pabrikan besar maupun startup otomotif meluncurkan mobil listrik.
General Motors dan Ford Motor akan bersaing dengan perusahaan teknologi Tesla, dan di saat yang sama mereka berperang melawan startup otomotif Lordstown Motors dan Rivian.
Karakteristik konsumen mobil Amerika memang berbeda, mobil berbodi besar dengan tampang yang garang seperti truk pickup menjadi favorit di sana. Berbeda dengan kawasan Asia atau Eropa yang menjadikan mobil jenis itu sebagai kendaraan logistik.
Baca juga: McLaren akan luncurkan Artura Hybrid pada 16 Februari mendatang
Untuk itu, General Motors dan Ford Motor yang berstatus pabrikan besar sangat mementingkan segmen truk pickup, dan mereka sangat serius menggarap versi listrik dari model tersebut agar tidak kehilangan konsumennya di masa depan.
"Truk pickup EV adalah katalisator untuk kepemilikan kendaraan listrik secara umum," kata manajer senior perusahaan riset Cox Automotive, Vanessa Ton, dikutip dari Detroit Free Press, Selasa.
"Ini momen yang sangat penting. EV dimulai sebagai sedan, lalu kami mulai melihat lebih banyak SUV tersedia dalam versi EV. Tapi pickup adalah jenis yang berbeda. Ada pola pikir dan budaya di baliknya -- jika Anda mengira konsumen tidak mempertimbangkannya -- itu sebuah kesalahan," kata dia.
Cox Automotive yang juga menjadi investor untuk startup mobil listrik Rivian telah menggelar riset konsumen pada akhir tahun lalu. Mereka menemukan bahwa 2 dari 5 konsumen yang ingin membeli pickup baru dalam dua tahun ke depan mempertimbangkan untuk membeli versi pickup listrik.
Sepanjang tahun 2020, menurut data Cox Automotive, sebanyak 2,3 juta mobil pickup berbahan bakar bensin laku terjual di AS.
Mereka menyimpulkan bahwa konsumen memiliki keinginan untuk membeli pickup listrik, namun yang menjadi kendala adalah harga yang masih tinggi dan kecemasan terkait daya jelajah mobil EV.
Untuk itu, mereka memprediksi bahwa "perang" antarperusahaan otomotif di segmen pickup listrik akan berlangsung sengit dalam lima tahun ke depan, untuk memperkenalkan mobil listrik.
Hummer vs F-150
Ford dan GM adalah rajanya pickup di AS, setidaknya untuk versi berbahan bakar bensin, dan tidak ada jaminan bahwa mereka akan menjadi juara di segmen listrik.
GM tidak mau main-main untuk segmen listrik, mereka menyiapkan model flagship GMC Hummer EV pada akhir tahun ini dengan harga 112.595 dolar AS (Rp1,6 miliar).
Kendati harganya dinilai tidak terjangkau, namun perusahaan mengklaim prapemesanan edisi pertama untuk GMC Hummer EV menarik minat "banyak konsumen", tanpa menyebutkan jumlahnya.
Hummer yang ditawarkan memiliki performa "buas" dengan kekuatan 1.000 tenaga kuda untuk versi termewahnya. Mobil itu akan menggunakan tiga motor listrik yang diklaim bisa menempuh 562 km dalam sekali pengisian daya listrik hingga penuh.
GM pun menyatakan akan bertransformasi menjadi produsen mobil listrik. Salah satu model yang akan dirilis dalam versi EV adalah pickup Sierra.
Ford juga tidak tinggal diam. Pickup terlaris mereka, F-150, akan dihadirkan dalam versi listrik pada 2022. Cox Automotive melalui sebuah survei menemukan hasil bahwa responden menilai pesona Ford F-150 tidak akan memudar kendati diubah menjadi versi EV.
"Dalam studi konsumen Cox yang menanyai 155 orang, mereka yang mengatakan ingin membeli pickup listrik menempatkan F-150 di bagian atas daftar pertimbangan, diikuti Tesla Cybertruck kemudian Hummer GMC," kata Ton.
Tesla Cybertruck
Tesla, perusahaan mobil listrik yang menjadi buah bibir dalam beberapa tahun terakhir karena ekspansi mobil listriknya hingga merambah Asia, menjadi pesaing serius bagi GM dan Ford.
Tesla Cybertruck dengan desain yang tidak biasa -- berbentuk kotak dengan lekukan-lekukan yang kasar -- tidak bisa dipandang remeh, sebab mereka telah memiliki portofolio penjualan mobil listrik yang baik di beberapa negara di dunia.
Jika Hummer dijual Rp1,6 miliar, Tesla Cybertruck ditawarkan dengan harga 39.900 dolar AS (Rp560juta), atau sepertiga dari harga GMC Hummer. Faktor harga akan menjadi pertimbangan bagi konsumen.
"Tesla Cybertruck akan menarik konsumen Tesla," kata Jessica Caldwell, direktur eksekutif Edmunds com.
Meskipun demikian, Sam Abuelsamid analis E-Mobility dari Guidehouse Insights mengatakan bahwa desain Tesla Cybertruck yang tidak biasa juga akan menjadi penghalang bagi kalangan konsumen tertentu, salah satunya pembeli tradisional yang menyukai desain pickup yang "biasa saja" seperti pada umumnya.
"Saya pikir ini akan menjadi ruang yang kompetitif," kata Abuelsamid. "Saya curiga bahwa pembeli tradisional yang mendominasi pasar pickup saat ini memiliki keunggulan pada loyalitas mereka terhadap merek yang sudah pernah mereka miliki."
Startup
Pabrikan besar juga tidak bisa memandang perusahaan rintisan sebelah mata, sebab Rivian dan Lordstown Motors berhasil menggalang dana investor untuk memproduksi mobil listrik yang akan dirilis akhir tahun ini.
Rivian memang pemain baru di industri otomotif, namun raksasa internet Amazon ada di belakang mereka. Pada pertengahan tahun ini Rivian akan memasarkan pickup R1T yang diproduksi sendiri di pabrik Illinois, AS.
Harga Rivian 67.500 dolar AS (Rp950 juta), masih lebih mahal dari Tesla Cybertruck namun lebih murah dari Hummer. Mobil itu dapat menjangkau jarak 480km hingga 643km.
Sedangkan startup Lordstown Motors mengambil strategi berbeda, fokus ke pasar mobil logistik sebagai upaya mengambil ceruk pasar dari persaingan pickup EV versi penumpang yang begitu ramai oleh Ford, GM, Tesla dan beberapa pabrikan Asia.
Lordstown Motors memiliki Endurance, pickup seukuran Ford F-150, yang telah mereka produksi sejak September 2020.
"...akan menjadi kendaraan produksi pertama dengan motor listrik di setiap roda," kata CEO Lordstown Motors Steve Burns.
Penempatan motor listrik pada setiap roda dimaksudkan untuk menciptakan traksi terbaik untuk mobil tersebut. Mereka juga berencana memproduksi mobil EV dengan motor listrik yang ditempatkan pada sasis, seperti mobil konvensional.
Lordstown Motors Endurance dijual dengan harga 52.500 dolar AS (Rp738 juta) dengan daya jelajah 402 kilometer untuk sekali pengisian baterai sampai penuh.
Untuk orang kaya
Mike Ramsey, analis otomotif dan transportasi publik Gartner Inc yang berbasis di Detroit, mengemukakan bahwa pickup listrik hanya akan menarik minat konsumen baru atau kalangan berdompet tebal.
"Pasar pickup listrik pada awalnya akan menjadi pasar mewah," kata Ramsey. "Jika ada substitusi, kemungkinan itu adalah campuran dari SUV besar dan truk pickup kelas atas, dan orang-orang yang beralih dari mobil kelas atas."
Orang kaya dan anak muda berstatus pembeli mobil pertama akan menjadi konsumen pickup listrik karena mereka sebenarnya tertarik pada teknologi baru yang ditawarkan.
Konsumen jenis itu, kata Ramsey, juga memiliki dana untuk memasang perangkat pengisian mobil listrik di rumah, sehingga tidak pusing memikirkan keterbatasan infastruktur pengisian EV di jalanan umum.
Ia juga menilai, kalangan kaya yang membeli mobil jenis ini umumnya memiliki mobil lain di rumah untuk mengantisipasi perjalanan darurat saat baterai mobil belum diisi.
"Pasti ada kendaraan lain di rumah untuk kendaraan 'perjalanan jauh ke Utara'," kata Ramsey.