Jakarta (ANTARA) - Pelatih Juventus Maurizio Sarri mengakui bahwa timnya kehilangan bentuk dan organisasi permainan setelah mereka kalah 1-2 dari Udinese pada Kamis setempat atau Jumat dini hari WIB.
Bianconerri telah kehilangan 18 poin dari posisi unggul di Liga Italia musim ini, dan mereka sempat unggul di Stadion Dacia Arena melalui gol Matthijs de Ligt, sebelum gol-gol balasan dari Ilija Nestrovski dan Seko Fofana membalikkan keadaan.
"Itulah yang terjadi belakangan ini, kami kehilangan organisasi dan bentuk (permainan)," ucap Sarri kepada Sky Sport Italia.
Baca juga: Udinese paksa Juvetus tunda pesta juara melalui kemenangan 2-1
"Kami tampil bagus pada babak pertama, kemasukan gol penyama kedudukan dan menginginkan kemenangan dengan segala risikonya, itulah mengapa kami mulai tidak terorganisir dan mengendur," tambahnya.
Kemenangan atas Udinese secara matematis akan mengunci gelar Liga Italia kesembilan secara beruntun untuk Juve, namun jika Atalanta mampu mengalahkan AC Milan besok malam, keunggulan poin mereka dapat terpangkas menjadi tiga poin.
"Sulit untuk menemukan keseimbangan saat ini, sebab semua orang di tim sedang kelelahan. Kami juga tidak agresif karena hal itu, namun saya percaya organisasi lebih penting dibanding agresi saat ini. Ini lebih ke kelelahan mental dibanding fisik, sebagaimana kami kehilangan ketenangan setelah gol penyama kedudukan," kata mantan pelatih Napoli tersebut.
Juve telah kemasukan 38 gol pada musim ini, jumlah yang cukup banyak dalam satu dekade terakhir.
"Kami juga kemasukan 12 penalti, yang tidak umum untuk klub-klub besar. Ada lebih banyak penalti secara umum, itu adalah rekor sepanjang masa, bahkan meski persentase kami meningkat banyak dibanding yang lain."
"Giorgio Chiellini praktis absen sepanjang musim dan orang-orang tidak menyadari betapa (kami kehilangan) pengalaman dan karakter dia. Leonardo Bonucci juga absen pada hari ini, Miralem Pjanic mengalami masalah otot, namun tidak ada yang serius," pungkas Sarri menceritakan masalah cedera di timnya.