Jakarta (ANTARA) - Bekerja dari rumah (WFH) selama pandemi COVID-19 berpotensi memicu peningkatan angka kelahiran (baby boom) jika pasangan acuh terhadap kontrasepsi.
"Sangat mungkin korelasinya, karena ketika suami-istri jadi satu di rumah dan 'stay at home' tidak dimungkiri kontak seksual akan terjadi dan ini hal lumrah yang manusiawi," kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo melalui sambungan telepon, Rabu siang.
Hasto mengatakan, jika sepuluh persen saja pasangan lalai menggunakan alat kontrasepsi seperti suntik atau susuk, minum pil dan jenis lainnya, akan berisiko tinggi terhadap kehamilan.
Baca juga: Ribuan pekerja sektor perhotelan dan pariwisata di Sumut terancam PHK tanpa pesangon
Baca juga: Cara Korea Selatan dan Vietnam perangi COVID-19
Berdasarkan data resmi BKKBN, kata Hasto, jumlah pasangan usia subur di Indonesia mencapai 28 juta pasangan.
"Kalau turun 10 persen saja penggunaan kontrasepsi dari 28 juta pasangan usia subur, maka ada 2,8 juta pasangan yang berpotensi hamil," katanya.
Bila secara biologis suami-istri berhubungan intim dua sampai tiga kali dalam sepekan, maka secara teori sekitar 15 persen di antaranya akan hamil. "Biasanya 15 persen di antaranya hamil atau sekitar 400 ribu angka kehamilan," katanya.
Hasto berpesan kepada masyarakat untuk peduli terhadap penggunaan alat kontrasepsi dalam upaya mencegah "baby boom".
"Itu yang membuat kita perlu sosialisasi dan kerja keras tunda hamil dulu. Jangan sampai terjadi 'baby boom'," katanya.
WFH berpotensi picu peningkatan angka kelahiran
Rabu, 6 Mei 2020 13:10 WIB 1045