Mataram (ANTARA) - Aksi Cepat Tanggap (ACT) bersama dengan Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) mengadakan layanan kesehatan untuk memastikan kondisi kesehatan warga korban banjir di Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, yang sempat tinggal di pengungsian tetap terjaga.
"Pada Senin (17/6), ACT bersama tim dari MRI berinisiatif mengadakan layanan kesehatan untuk memastikan kondisi dari kesehatan para warga yang sempat tinggal di pengungsian tetap terjaga," kata Retno Sulisetiyani, tim ACT Kalimantan Selatan, melalui keterangan tertulis yang diterima di Mataram, Rabu (19/6).
Ia mengatakan banjir di Kabupaten Tanah Bumbu, beranjak surut pada Sabtu (15/6), setelah sepekan lebih merendam wilayah tersebut.
Sejumlah warga sempat berada di pengungsian selama banjir terjadi. Kini warga kembali ke rumah mereka, namun muncul kekhawatiran kesehatan mereka terdampak kondisi tidak higienis selama di pengungsian.
Retno menyebutkan tercatat sebanyak 54 warga mengikuti kegiatan pemeriksaan. Sebagian besar dari warga yang datang untuk memeriksakan diri adalah para warga lanjut usia (lansia).
"Warga yang datang sebagian besar merupakan para lansia dan memang mengeluhkan beberapa penyakit. Penyakit yang sudah diidentifikasi di antaranya adalah hipertensi, gatal-gatal, sakit kepala, mual, dan jadi lebih sering merasa ingin buang air kecil," ujarnya.
Ia menambahkan tim medis langsung menangani keluhan warga tersebut dengan memberikan obat-obatan. Selama bencana terjadi, obat-obatan memang tersedia dari Puskesmas, namun jumlahnya terbatas.
Pelayanan kesehatan dilakukan di dua desa di kabupaten tersebut, di antaranya Desa Sungai Rukam dan Desa Anjir Baru. Banjir sudah surut di kedua desa tersebut dan hanya menyisakan 10 rumah terdampak di Desa Sungai Rukam.
Sekretaris Desa Sungai Rukam, Tanwirul Anwar, mengapresiasi langkah ACT-MRI dalam memberikan pendampingan bagi warganya, bahkan setelah bencana.
"Terima kasih kepada ACT dan MRI untuk bantuannya kepada kami di Desa Sungai Rukam, terlebih untuk kerja sama tim dengan posyandu kami," Kata Tanwirul.
Menurut dia, meskipun masih ada 10 rumah yang terendam di desa tersebut, warga sudah kembali kepada aktivitas normal dan kondisi desa kini mulai relatif aman.
Warga juga sudah tidak ada lagi yang tinggal di pengungsian. Namun menurut Tanwirul, masih tersisa 10 rumah yang terendam banjir ini akibat dari tanggul yang agak rendah.
"Dengan adanya tanggul jadi lebih aman ketika banjir. Tapi perlu lebih tinggi lagi tanggulnya. Karena sekarang ini rendah. Untuk ke depan, tanggul sebagai jalan poros perlu juga kita perkuat lagi, karena belum kokoh. Karenanya sekarang 10 keluarga masih terdampak," ucap Tanwirul.
Ia menambahkan, ada 600 jiwa yang terdampak banjir di Desa Sungai Rukam, dan mayoritasnya adalah petani.
Otomatis ketika banjir datang, lahan pertanian mereka total seluas 400 hektare, juga ikut terendam. Akibatnya sudah dapat dipastikan, lahan yang sudah siap panen tersebut kini mesti gagal panen akibat banjir.
ACT-MRI pastikan korban banjir Tanah Bumbu tetap sehat
Kamis, 20 Juni 2019 23:20 WIB 1488