Langkat (Antaranews Sumut) - Keberadaan hutan mangrove yang ada di Desa Lubuk Kertang Kecamatan Brandan Barat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, seluas 100 hektare kini disulap menjadi salah satu "ikon" wisata yang diminati pengunjung, dimana hampir setiap harinya pengunjung terus berdatangan ke kawasan itu, selain melihat hutan bakau (mangrove) juga berfoto ria.
Terutama masyarakat umum, kalangan pelajar, mahasiswa, sangat antusiasnya untuk melakukan penelitian keberadaan dan pelestarian hutan mangrove Lubuk Kertang, kata pengelola yang juga Ketua Kelompok mengrove Mekar Lubuk Kertang Haydian Jamili Batubara, di Brandan Barat, Jumat.
Haydian Jamili Batubara yang sudah bertahun-tahun berkecimpung melakukan pembenahan hutan mangrove dikawasan itu yang dari dulunya rusak parah karena dirambah, untuk dijadikan arang, kini menjadi kawasan wisata baru.
Bisa dikatakan sudah menjadi salah satu ikon wisata terbaru di Kabupaten Langkat yang sangat ramai dikunjungi pengunjung setiap harinya.
Haydian bercerita kira-kira sepuluh tahun yang lalu, warga desa setempat sepakat untuk mengembalikan fungsi kawasan hutan mengrove yang rusak tersebut untuk dikembangkan sebagai tempat biota laut dan tempat berkembangnya mangrove.
Dengan luas lahan sekitar 100 hektar, kawasan ini dulunya adalah kawasan yang rusak parah akibat pembalakan liar. Sedihnya, mereka meninggalkan lokas i tanpa melakukan penanaman kembali.
Selaku Ketua kelompok tani Mekar Desa Lubuk Kertang, Haydian Jamili Batubara mengatakan keinginan mereka untuk melestarikan hutan mangrove karena merasa sedih melihat kerusakan kampung mereka
Menurutnya keberadan ekowisata hutan mangrove seluas 100 hektare tersebut buah dari kepercayaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) I Stabat, Kabupaten Langkat terhadap Kelompok Mekar pada beberapa tahun lalu.
Dimana kelompok Mekar meneken kesepakatan perjanjian kerjasama kemitraan kehutanan dengan KPH Wilayah I Stabat. “KPH I melihat dan menilai bahwa kami serius dan komitmen dalam pengelolaan hutan mangrove ini, apalagi anggota kelompok kami adalah warga yang tinggal di sekitar hutan mangrove ini,” tegasnya.
"Keberadaan ekowisata mangrove adalah komitmen anggota Kelompok Mekar. Mereka bersepakat bahwa menjaga hutan memberikan banyak manfaat bagi kelompok dan masyarakat di sekitar hutan mangrove, antara lain pelestarian lingkungan, pengembalian ekosistem kawasan pesisir, dan berdampak dampak ekonomi bagi masyarakat," sambungnya.
Dimana kelompok Mekar mengembangkan lahan bekas areal kebun sawit dengan membangun menara pengawas, pos jaga, jungle track sepanjang 1.200 meter secara bertahap dan gapura Ekowisata Mangrove Lubuk Kertang.
Hingga sekarang ini berbagai bantuan terus mengalir untuk pembenahan ekowisata hutan mangrove Lubuk Kertang dan tidak bisa dipungkiri berkat berbagai bantuan itu pula kini menjelma menjadi salah satu "ikon" wisata batu di Kabupaten Langkat.
Hutan mangrove Lubuk Kertang "Ikon" wisata Langkat
Jumat, 15 Februari 2019 16:37 WIB 9994