Medan (Antaranews Sumut) -Debat Publik Pemilihan Gubernur Sumatera Utara yang terakhir akan digelar, di Hotel Santika, Medan, Selasa malam. Debat ini juga disebut sebagai variabel penentu naiknya elektabilitas jelang pemilihan 27 Juni mendatang.
Dalam dua debat terakhir, kedua pasangan calon terlibat saling balas argumen. Beberapa istilah dalam debat seperti stunting dan martabatisasi sempat menjadi viral di media sosial. Debat terakhir akan mengusung tema soal Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Pengamat Politik FISIP USU Fernanda Putra Adela memprediksi pasangan Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus akan unggul dalam debat nanti malam. Analisisnya berdasar pada dua debat sebelumnya.
"Kalau secara objektif kita melihat, Tim DJOSS ini lebih matang. Karena pengalaman Djarot khususnya sudah terbiasa dengan debat-debat gitu. Kemudian di jakarta dengan yang lebih tinggi dinamikanya dia bisa menguasain itu. Nah di ERAMAS ini saya pikir mereka harus serius untuk menempa pengetahuan dia melalui konsultannya. Jangan sampai mengeluarkan bahasa yang tidak terarah," kata pengamat yang akrab disapa dengan Tata, Selasa (19/6).
Tata juga mengkiritisi istilah stunting yang sempat membuat Edy Rahmayadi bingung untuk menjawabnya. Menurut Tata apa yang dijawab Edy Rahmayadi terlihat tidak terkonsep.
"Seperti stunting misalnya. Malah dijawab soal ambulans dan sebagainya. Kan itu kan tidak terkonsep sebenarnya. Saya pikir ada kegugupan juga. Ini masalah kegugupan juga. Soal jam terbang DJOSS memang unggul. Saya melihat, DJOSS bisa unghul di debat terakhir," katanya.
Lebih jauh lagi, dia memandang pengalaman Djarot yang pernah memimpin di Kota Blitar dua periode dan Gubernur DKI Jakarta, menjadi modal penting. Sehingga Djarot paham dengan istilah-istilah seperti stunting dan lainnya.
"Stunting itu isunya isu nasional. Tapi kan kemudian dia kan cari celah ke situ untuk kemudian meng-KO-kan pasangan ERAMAS. Nah,saya pikir kalo seperti itu, di debat ketiga ini ini akan punya potensi lagi ada balas pantun lagi. Saya melihatnya seperti itu," ungkapnya.
Pada debat sebelumnya, Pasangan DJOSS sempat dicecar pertanyaan soal Dalihan Na Tolu atau filosofis atau wawasan sosial-kulturan yang menyangkut masyarakat dan budaya Batak. Saat debat itu, Djarot yang diminta menjawab tampaknya diberi bocoran oleh Sihar Sitorus, wakilnya.
"Karena jam terbang itu ketika dia dikasih kata kunci dari Sihar. Kemudian djarot bisa mengeksplorasi itu. Saya lihat karena mungkin pengalaman dia sebagai kepala daerah sehingga dia bisa menguasai bahan," tukasnya.
Dia pun memberikan saran agar kedua paslon lebih mempersiapkan bahan matang soal tema debat. Apalagi tema yang diangkat soal HAM. Sumut juga termasuk angka tertinggi kasus HAM, khususnya soal konflik agraria. Para calon harus menempatkan diri sebagai kepala daerah yang hadir di tengah persoalan HAM.
"Artinya mereka harus punya posisi lah bagaimana kemudian mengentaskan kasus-kasus HAM yang melibatkan negara dan masyarakat khususnya terkait Sumatera Utara ini kan isu yang paling besar itu kan di konflik agraria, harus ada solusi konkretnya. Artinya solusi konkret itu bagaimana mereka itu kemudian mengurai benang kusut kasus-kasus konflik agraria di Sumatera Utara. Itu yang paling penting," pungkasnya.
Dalam debat kali ini Tata memprediksi akan terjadi debat sengit. Karena pada momen terakhir ini, para paslon bersaing untuk mermebut hati rakyat dengan argumen-argumen yang bernas.
“Kedua pasangan harus menyiapkan amunisi dengan serius gitu. Apalagi kasus tema-tema tentang HAM ini kan tema yang sentitif yang jarang dieksplorasi oleh pemerintah tapi kemudian diekplorasi oleh lembaga swadaya masyarakat kebanyakan. Itu yang saya pikir mereka akan sulit untuk menjelaskan solusi konkrit. Karena masalah HAM ini kan yang terlibat di kepolisian, di kejaksaan juga. Nah kemampuan mereka untuk mengkonsolidasikan lah muspida-muspida di daerah ini," tandasnya.
Djoss diprediksi unggul di debat terakhir karena Jam terbang tinggi
Selasa, 19 Juni 2018 20:26 WIB 1943