Jakarta, 1/2 (Antara) - Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Anton J Supit mengapresiasi pengunduran diri Gita Wirjawan sebagai Menteri Perdagangan meskipun dinilai terlambat karena masa jabatannya tersisa tinggal tujuh bulan lagi.
"Memang lebih tepat sejak awal, biar bisa maksimal. Tetapi mundurnya Gita jadi satu langkah yang baik supaya dia bisa konsentrasi," kata Anton saat dihubungi Antara dari Jakarta, Sabtu.
Anton mengatakan Gita memiliki tanggung jawab sebagai Menteri Perdagangan akan tetapi di satu sisi dia juga memiliki tanggung jawab lain atas dirinya sendiri dengan keikutsertaanya dalam Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat.
Menurut Anton, kedua hal itu sama-sama hal yang penting dan membutuhkan konsentrasi tinggi.
"Ini dua hal yang memang, kalau dari segi perspektif Pak Gita adalah dua hal yang penting buatnya. Namun, itu dua hal besar yang tidak bisa dijalani bersamaan karena membutuhkan konsentrasi, karena itu dua hal yang sangat serius," jelas Anton.
Pemilik nama lengkap Gita Irawan Wirjawan ditunjuk menjadi Menteri Perdagangan pada 18 Oktober 2011 setelah reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu II menggantikan Mari Elka Pangestu.
Ia menyampaikan pengunduran diri dari jabatannya sebagai Menteri Perdagangan dalam jumpa pers sekitar empat menit 15 detik di Kementerian Perdagangan, Jumat (31/1).
Gita yang mundur karena ingin lebih fokus untuk mengikuti Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat itu meninggalan banyak pekerjaan rumah bagi Menteri Perdagangan yang baru.
Salah satu pekerjaan rumah tersebut antara lain terkait impor yang banyak menghabiskan dana negara.
Sejumlah kebutuhan bahan pangan pokok tidak bisa dipenuhi dari dalam negeri seperti daging sapi, kedelai, dan gula. Sepanjang 2013 terjadi gejolak harga di ketiga komoditas itu akibat kurangnya produksi dalam negeri sehingga importasi menjadi satu-satunya pilihan.
Anton menilai, Gita menempati posisi sebagai Menteri Perdagangan di saat waktu yang kurang tepat.
"Timing yang salah, yakni saat defisit transaksi berjalan, kemelut impor, daging sapi," kata Anton.
"Kalau kita mau bekerja di ujung atau hilir tidak ada insentif buat petani dan peternak untuk produksi maka orang malas menanam atau memelihara ternak karena saat panen harga jatuh, saat tidak panen harga melonjak. Jadi yang menikmati lonjakan harga bukan petani atau peternak tetapi pedagang, broker. Ada persoalan koordinasi di sini peran Menko (Menteri Koordinator Bidang Perekonomian) juga kurang menggigit," jelas Anton.
Menurut Anton kurangnya produksi bukan hanya ditangani dengan importasi melainkan dicari penyelesaian untuk meningkatkan produksi serta alokasi dana yang tepat.
"Ini pembelajaran untuk pemerintah yang akan datang," tambahnya.
Selain itu, pekerjaan rumah lainnya yang ditinggalkan Gita yakni penyelesaian Konferensi Tingkat Menteri (KTM) World Trade Organization yang membuahkan Paket Bali, menuntaskan Rancangan Undang-Undang (RUU) Perdagangan bersama DPR, serta kebijakan importasi beras.
Gita mundur ditengah mencuatnya isu masuknya beras impor medium umum dari Vietnam ke sejumlah pasar pada Januari 2014 yang mengakibatkan terganggunya petani lokal. (M047)
Apindo Apresiasi Pengunduran Diri Gita Meski Terlambat
Sabtu, 1 Februari 2014 12:56 WIB 1050