Medan, 26/8 (Antara) - Banyak nelayan tradisional di sejumlah kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang terjerat hutang dengan rentenir, sehingga kehidupan mereka semakin mengalami kesulitan dan terus bertambah miskin.
"Mata pencaharian sebagai nelayan kecil, kian hari tidak jelas dan membuat beban perekonomian mereka terus bertambah banyak," kata Sekretaris Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Sumut, Ihya Ulumuddin di Medan, Senin.
Nelayan tradisional yang dirundung malang itu, menurut dia, terdapat di Desa Rugemuk, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Natal, Kabupaten Mandailing Natal, Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Batubara, Kota Tanjung Balai dan beberapa daerah lainnya.
"Kehidupan perekonomian nelayan yang semakin susah tersebut, harus diselamatkan dengan cara membentuk Koperasi nelayan maupun pinjaman lunak dari pemerintah," ujarnya.
Ulumuddin menyebutkan, bila bantuan berupa dana itu, tidak diberikan kepada nelayan miskin tersebut, dikhawatirkan kehidupan mereka semakin lebih terpuruk dan menambah kemiskinan di Sumut.
Dewasa ini, jelasnya, kehidupan perekonomian nelayan kecil sudah banyak yang tergadai atau bergantung nasib mereka dengan rentenir yang selama ini sering meminjamkan uang dan kapal untuk melaut.
Bahkan, kata Ulumuddin, uang yang dipakai nelayan kecil itu tidak dapat dikembalikan kepada toke atau rentenir tersebut--sehingga konsekwensinya, nelayan itu harus bekerja keras untuk menangkap ikan di laut--.
"Hasil tangkapan ikan itu, juga harus dijual kepada rentenir dan harga ikan juga ditentukan pula oleh rentenir tersebut," ucap dia.
Dengan demikian, nelayan kecil tidak memperoleh apa-apa dari hasil tangkapan ikan yang diperoleh di laut."Hal ini benar-benar sangat memprihatikan dan menyedihkan bagi nelayan yang hidup di pinggiran pantai, dan entah kapan nasib mereka bisa berubah dan dapat membiayai anak-anak mereka sekolah," katanya.
Ulumuddin menjelaskan, pinjaman yang diperoleh nelayan dari rentenir itu, nilainya juga bervariasi.Kalau nelayan berangkat pagi dan pulang sore harinya, bantuan yang diperoleh senilai Rp250.000 hingga Rp350.000, untuk membeli makanan, bahan bakar minyak, es batangan dan keperluan lainnya.
Selain itu, katanya, jika nelayan tersebut berangkat selama tiga hari di laut, jumlah pinjaman bisa mencapai nilai Rp1 juta hingga Rp 2 juta.
"Jadi, berarti nelayan tradisional harus banting tulang dan bisa mendapatkan ikan tangkapan dengan jumlah yang cukup banyak, sehingga bisa mengembalikan pinjaman modal dari rentenir tersebut," kata Ulumuddin.
Data yang diperoleh menyebutkan, jumlah nelayan di Sumatera Utara saat ini diperkirakan sekitar 370.000 orang.Sedangkan nelayan di Kota Medan dan sekitarnya lebih kurang 21.000 orang.***4***
(T.M034/B/Suparmono/Suparmono)
HNSI : Banyak Nelayan di Sumut Terjerat Rentenir
Senin, 26 Agustus 2013 18:14 WIB 1019