Jakarta, 21/6 (Antara) - Nilai tukar rupiah pada Jumat pagi masih berada dalam area negatif atau melemah terhadap dolar AS seiring keluarnya investor asing dari pasar keuangan negara berkembang.
Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi bergerak melemah sebesar 10 poin menjadi Rp9.955 dibanding posisi sebelumnya Rp9.945 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih di Jakarta, Jumat mengatakan pasar keuangan negara berkembang masih mendapat tekanan jual sehingga melemahkan kurs mata uangnya.
"Investor keluar dari pasar negara berkembang karena ada potensi pelemahan ekonomi terutama dari China, berkurangnya likuiditas global karena sinyal dari the Fed, ditambah situasi domestik masing-masing negara," katanya.
Ia mengemukakan Turki dan Brazil sedang menghadapi gejolak domonstrasi, dan melebarnya defisit transaksi berjalan di Indonesia, Brasil, dan Cili menjadi pemicu investor asing keluar.
"Deutsch Bank sebagai 'currency traders' terbesar di dunia merekomendasi jual untuk mata uang Asia seperti rupiah, ringgit dan yuan," katanya.
Meski demikian, lanjut dia, aksi jual di negara berkembang mulai melemah, tetapi belum akan membuat investor kembali masuk sampai dapat mengukur risiko dan menyeimbangkan portofolionya terutama dengan potensi naiknya suku bunga.
Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra menambahkan potensi penguatan dolar AS masih terbuka setelah Federal Reserve mengisyaratkan akan mulai mengurangi stimulus pada tahun ini jika ekonomi AS terus membaik.
"Ekspektasi The Fed itu mendorong imbal hasil (yield) obligasi AS meningkat tajam, dimana kenaikan itu justru menambah daya tarik pasar "fixed income" AS bagi investor, sehingga dolar AS terus tertopang," katanya. ***3*** (T.KR-ZMF/B/S. Suryatie/S. Suryatie) 21-06-2013 10:14:41
Pelemahan Rupiah Seiring Mata Uang Negara Berkembang
Jumat, 21 Juni 2013 11:23 WIB 857