Medan, 13/3 (Antara) - Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Sumatera Utara Parlindungan Purba mengatakan pengusaha mulai khawatir dengan fluktuasi harga ekspor komoditas khususnya karet.

"Fluktuasi harga yang cepat dan besar di komoditas ekspor khususnya karet dalam satu bulan terakhir membuat pengusaha was-was. Rasa was-was pengusaha itu bisa membuat kinerja perekonomian daerah terganggu," katanya di Medan, Rabu.

Fluktuasi harga membuat pengusaha meningkatkan kehati-hatian dalam membeli ke pedagang pengumpul atau petani dan ekspor.

"Akibatnya tentu saja kinerja perekonomian terganggu dan itu harus diwaspadai,"katanya.

Apalagi, kata dia, devisa Sumut sangat tergantung pada ekspor komoditas dan sebagian besar petani juga dewasa ini bergerak di perkebunan komoditas tersebut.

Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah mengakui sedang terjadi fluktuasi harga yang lumayan besar dan cepat pada komoditas itu.

Kalau sebelumnya harga sempat jatuh di bawah 3 dolar AS, pada pekan lalu sudah bergerak naik, namun kembali turun pekan ini.

Dia menyebutkan, pada 8 Maret harga SIR 20 untuk pengapalan April di bursa Singapura masih ditutup sebesar 2,905 dolar AS per MT, kemudian turun lagi atau menjadi 2,874 dolar AS per MT untuk 11 Maret.

Pada 13 Maret, harga SIR 20 turun lagi menjadi 2,743 dolar AS.

"Harga ekspor yang melemah itu membuat harga bokar (bahan olah karet) juga tertekan atau tinggal Rp21.496-Rp23.496 pe rkg dari harga sebelumnya yang masih Rp23.110-Rp25.110 per kg,"katanya.

Kalau sebelumnya kenaikan harga jual SIR 20 dipicu antara lain melemahnya nilai Yen dan tindakan pedagang yang masih melakukan aksi tunggu melihat perkembangan perdagangan China dan Amerika Serikat, maka penurunan harga pekan ini dipicu melemahnya harga minyak dunia serta terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi China.

"Yah harga memang tren turun, padahal sebelumnya ada prakiraan harga akan begerak naik lagi, karena diperhitungkan akan terjadi pasokan ketat menyusul produksi di tiga negara produsen utama karet alam yakni Indonesia, Malaysia dan Thailand turun,"katanya.

Produksi karet alam Indonesia diperkirakan menurun hingga 200 ribu ton pada Maret-Mei 2013 sehingga diharapkan harga ekspor naik dari dewasa ini yang masih tertekan di bawah tiga dolar AS per kg.***3***
yuliastuti
(T.E016/B/N. Yuliastuti/N. Yuliastuti)

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013