Medan, 3/3 (Antara) -Produksi karet alam Indonesia diperkirakan menurun hingga 200 ribu ton pada Maret-Mei 2013 sehingga diharapkan harga ekspor naik dari KINI masih tertekan di bawah tiga dolar AS per kilogram.
"Produksi turun akibat musim gugur daun di wilayah bagian Utara equator dan adanya banjir di wilayah bagian selatan equator," kata Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah di Medan, Minggu.
Sumut yang merupakan daerah bagian utara equator sebagai produsen terbesar kedua di Indonesia dewasa ini sudah memasuki gugur daun.
Sedangkan di bagian selatan equator seperti Sumatera Selatan, Jambi dan Lampung sedang musim hujan.
Hujan deras bahkan mengakibatkan terhadinya banjir sehingga mengganggu operasional pabrik khususnya yang berada di pinggir Sungai Musi.
Dilaporkan beberapa peralatan pabrik terendam banjir. Tidak beroperasinya pabrik itu mengakibatkan produksi berkurang dan otomatis volume ekspor menurun.
Volume ekspor juga dipastikan menurun karena musim gugur daun juga terjadi di negara produsen utama lainnya seperti Thailand dan Malaysia.
"Dengan kondisi itu, maka volume produksi karet tiga negara itu pada periode Maret-Mei dipastikan turun signifikan," kata Eddy.
Eddy mengakui, pada Januari tahun ini volume ekspor karet Sumut masih lumayan bagus bahkan lebih tinggi dari periode sama tahun 2012.
Pada Januari 2013, volume ekspor sebanyak 43.446.971 kilogram (kg) dari periode sama 2012 sebesar 37.848.186 kg.
Tetapi kalau dibandingkan Januari 2011 yang sebanyak 47.902.036 kg tentunya masih lebih rendah.
Harga Karet
Mengenai harga ekspor nantinya,, menurut Eddy masih sulit diprediksi.
Tetapi tentunya dengan kondisi seperti itu diharapkan bisa naik dari posisi dewasa ini yang masih tertekan di bawah tiga dolar AS per kg.
Pada perdagangan di pasar bursa Singapura tanggal 1 Maret, harga Karet Indonesia SIR20 ditutup sebesar 2,855 dolar AS per kg untuk pengapalan April.
Dengan harga sebesar itu, harga bahan olah karet (bokar) di tingkat pabrik mencapai Rp22.574 hingga Rp 24.574 per kg.
Sekretaris Gabungan Perusahaan Ekspor Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Sofyan Subang, menyebutkan, pengusaha dan pemerintah memang berharap harga ekspor karet naik tahun ini.
Harapan pengusaha itu mengingat pengusaha sudah kesulitan dalam beberapa tahun terakhir menyusul harga yang tren melemah.
Sementara pemerintah juga berharap seperti itu karena untuk kepentingan petani dan devisa.
Harga ekspor yang naik otomatis membuat harga di petani naik, sementara karet juga menjadi andalan utama devisa Sumut setelah dari sawit. ***3*** (T.E016/B/I.K. Sutika/I.K. Sutika) 03-03-2013 14:16:35
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013
"Produksi turun akibat musim gugur daun di wilayah bagian Utara equator dan adanya banjir di wilayah bagian selatan equator," kata Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah di Medan, Minggu.
Sumut yang merupakan daerah bagian utara equator sebagai produsen terbesar kedua di Indonesia dewasa ini sudah memasuki gugur daun.
Sedangkan di bagian selatan equator seperti Sumatera Selatan, Jambi dan Lampung sedang musim hujan.
Hujan deras bahkan mengakibatkan terhadinya banjir sehingga mengganggu operasional pabrik khususnya yang berada di pinggir Sungai Musi.
Dilaporkan beberapa peralatan pabrik terendam banjir. Tidak beroperasinya pabrik itu mengakibatkan produksi berkurang dan otomatis volume ekspor menurun.
Volume ekspor juga dipastikan menurun karena musim gugur daun juga terjadi di negara produsen utama lainnya seperti Thailand dan Malaysia.
"Dengan kondisi itu, maka volume produksi karet tiga negara itu pada periode Maret-Mei dipastikan turun signifikan," kata Eddy.
Eddy mengakui, pada Januari tahun ini volume ekspor karet Sumut masih lumayan bagus bahkan lebih tinggi dari periode sama tahun 2012.
Pada Januari 2013, volume ekspor sebanyak 43.446.971 kilogram (kg) dari periode sama 2012 sebesar 37.848.186 kg.
Tetapi kalau dibandingkan Januari 2011 yang sebanyak 47.902.036 kg tentunya masih lebih rendah.
Harga Karet
Mengenai harga ekspor nantinya,, menurut Eddy masih sulit diprediksi.
Tetapi tentunya dengan kondisi seperti itu diharapkan bisa naik dari posisi dewasa ini yang masih tertekan di bawah tiga dolar AS per kg.
Pada perdagangan di pasar bursa Singapura tanggal 1 Maret, harga Karet Indonesia SIR20 ditutup sebesar 2,855 dolar AS per kg untuk pengapalan April.
Dengan harga sebesar itu, harga bahan olah karet (bokar) di tingkat pabrik mencapai Rp22.574 hingga Rp 24.574 per kg.
Sekretaris Gabungan Perusahaan Ekspor Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Sofyan Subang, menyebutkan, pengusaha dan pemerintah memang berharap harga ekspor karet naik tahun ini.
Harapan pengusaha itu mengingat pengusaha sudah kesulitan dalam beberapa tahun terakhir menyusul harga yang tren melemah.
Sementara pemerintah juga berharap seperti itu karena untuk kepentingan petani dan devisa.
Harga ekspor yang naik otomatis membuat harga di petani naik, sementara karet juga menjadi andalan utama devisa Sumut setelah dari sawit. ***3*** (T.E016/B/I.K. Sutika/I.K. Sutika) 03-03-2013 14:16:35
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013