Banjir bandang yang melanda Desa Kota Tua, Kecamatan Tano Tombangan Angkola (Tantom), Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), pada Rabu (18/12) sore, disebut sebagai yang terparah sejak bencana serupa pada tahun 2004.

“Menurut warga, dibandingkan 2004 lalu, serta 1985 banjir bandang kali ini yang paling parah,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Tapsel, Idam Halid Pulungan, Kamis (19/12).

Banjir terjadi akibat hujan deras yang memicu meluapnya Sungai Aek Mardua. Ratusan kubik material berupa batang kayu, sampah pohon, dan lumpur menerjang Desa Kota Tua sekitar pukul 16.00 WIB.

“Di Desa Kota Tua, sedikitnya 350 rumah terdampak. Sementara di Desa Simaninggir, tercatat 50 rumah. Total, sekitar 700 warga terpaksa mengungsi,” ujar Idam.

Laporan Pusdalops-PB BPBD Tapsel mencatat tidak ada korban jiwa dalam bencana ini. Namun, beberapa rumah rusak parah, lumpur setinggi 50 cm menggenangi pemukiman, dan 10 warga mengalami luka ringan.

Warga yang mengungsi saat ini ditampung di lokasi-lokasi aman. Pemerintah setempat telah menyalurkan bantuan darurat kepada para korban. “Bupati Dolly Pasaribu sejak dini hari langsung turun untuk menyalurkan bantuan. Pemkab Tapsel juga akan segera menurunkan alat berat guna membersihkan material lumpur dan kayu yang menumpuk di pemukiman warga,” tambah Idam.

Banjir ini masih menyisakan kerugian yang belum dapat dihitung secara pasti. Pemerintah bersama warga terus berupaya memulihkan kondisi desa yang terdampak bencana.

 

Pewarta: Kodir Pohan

Editor : Azhari


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2024