Harga kopi khususnya Robusta terus melonjak yang diprediksi akan terus terjadi dalam beberapa tahun ke depan karena di beberapa daerah pada negara pemasok utama kopi mengalami kerusakan dan gagal panen akibat dampak dari pemanasan global.

Menyikapi semakin naiknya harga kopi itu, Ketua Koperasi Kopi Mandailing Jaya (Komanja), Desa Ulu pungkut, Kecamatan Ulu Pungkut, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Syafruddin Lubis menyampaikan, kenaikan harga tersebut menjadi peluang dan motivasi bagi para petani kopi daerah untuk terus bertanam kopi Arabika ataupun Robusta sesuai dengan kondisi lahan yang dimiliki oleh petani.

Menurut dia, kenaikan harga kopi yang disebabkan oleh ketidakstabilan pasokan global, yang terutama disebabkan oleh kemungkinan gagal panen di negara-negara produsen utama seperti Brasil dan Vietnam. Sehingga dengan penurunan stok kopi itu telah memicu lonjakan harga yang signifikan.

"Ini tentu menjadi peluang bagi petani kopi. Dengan ketidakstabilan pasokan global itu membuka peluang bagi petani kita untuk terus  mengurusi lahan kopi sehingga berproduksi dengan baik," katanya.

Ia menyebut, dari sejumlah daerah penghasil kopi di Mandailing Natal, saat ini hanya tiga wilayah saja yang rutin memproduksi kopi yakni Kecamatan Ulu Pungkut, Kotanopan dan Kecamatan Puncak Sorik Marapi.

"Untuk saat ini tiga kecamatan itu saja yang rutin memproduksi kopi khususnya ke Komanja," ungkap dia.

Padahal jelas dia, hampir mayoritas daerah di Kabupaten Mandailing Natal merupakan daerah strategis untuk tanaman kopi. Misalnya untuk daerah dataran rendah di 900 Mdpl sangat cocok ditanami kopi jenis Robusta. Sedangkan 900 Mdpl ke atas cocok untuk kopi jenis Arabika.

"Ini tentu peluang bagi petani daerah ini untuk  terus bertanam kopi arabika ataupun robusta tergantung kesesuaian lahan nya. Apabila peluang ini dimanfaatkan akan memperbaiki perekonomian para petani kopi," jelasnya.

Untuk saat ini saja lanjut Syafruddin, pihak koperasi membeli gabah Arabika dari anggota dan petani sudah di harga Rp. 40, sedangkan Robusta Rp 67 ribu dalam bentuk greenbean dari petani. Artinya petani kopi Arabika dan kopi Robusta ke depan memiliki peluang untuk memperbaiki perekonomian bagi para petani.

Menurut dia, menurunnya kuantitas kopi di Mandailing Natal disebabkan para petani belum melihat kopi sebagai sebuah komoditi yang menguntungkan. Padahal, kopi itu merupakan salah satu komoditi yang menggiurkan. 

Penyebab lain juga dikarenakan, petani kopi Mandailing kerap meninggalkan lahan nya pada saat harga kopi mengalami penurunan.

Pewarta: Holik

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2024