Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, mulai dilanda kekeringan hingga membuat warga setempat kesulitan air bersih.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam keterangan di Jakarta, Minggu malam, mengatakan, selama beberapa hari terakhir tidak ada hujan yang mengguyur Cilacap hingga mengeringkan sumur atau penampungan air milik warga.
Kondisi kekeringan di Cilacap makin diperparah oleh rata-rata suhu harian yang relatif meningkat berkisar 26-34 derajat celcius tanpa ditutupi awan. Ia menilai
fenomena tersebut sebagai petanda memasuki awal musim kemarau.
"Puncak kekeringan dirasakan warga terjadi pada Sabtu (8/6), dan tim pun diterjunkan melakukan pendataan dan memonitor kebutuhan wilayah terdampak," kata dia.
Pusdalops BNPB mencatat per hari ini ada sebanyak 158 keluarga atau 627 jiwa warga yang benar-benar terdampak kekeringan dan membutuhkan air bersih
setidaknya untuk kebutuhan sehari-hari. Mereka adalah warga Desa Ujungmanik di Kecamatan Kawunganten dan Desa Rawajaya di Kecamatan Bantarsari.
Berdasarkan laporan Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap hingga Minggu siang telah didistribusikan 10.000 liter air bersih sebagai upaya penanganan darurat bagi warga kedua desa itu.
Disisi lain, ia menyebutkan, BNPB mengapresiasi upaya cepat Pemerintah Kabupaten Cilacap dengan menetapkan status siaga darurat kekeringan yang berlaku enam bulan ke depan atau hingga 22 November 2025.
Menurut dia, status siaga darurat yang diterbitkan oleh Bupati Cilacap tersebut langkah kesiapsiagaan
tepat karena akan memudahkan segenap upaya
darurat bencana, dalam merespon dampak kekeringan memasuki musim kemarau ini yang berdasarkan prakiraan BMKG akan berlangsung Juni- September 2024.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Cilacap dilanda kekeringan
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2024
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam keterangan di Jakarta, Minggu malam, mengatakan, selama beberapa hari terakhir tidak ada hujan yang mengguyur Cilacap hingga mengeringkan sumur atau penampungan air milik warga.
Kondisi kekeringan di Cilacap makin diperparah oleh rata-rata suhu harian yang relatif meningkat berkisar 26-34 derajat celcius tanpa ditutupi awan. Ia menilai
fenomena tersebut sebagai petanda memasuki awal musim kemarau.
"Puncak kekeringan dirasakan warga terjadi pada Sabtu (8/6), dan tim pun diterjunkan melakukan pendataan dan memonitor kebutuhan wilayah terdampak," kata dia.
Pusdalops BNPB mencatat per hari ini ada sebanyak 158 keluarga atau 627 jiwa warga yang benar-benar terdampak kekeringan dan membutuhkan air bersih
setidaknya untuk kebutuhan sehari-hari. Mereka adalah warga Desa Ujungmanik di Kecamatan Kawunganten dan Desa Rawajaya di Kecamatan Bantarsari.
Berdasarkan laporan Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap hingga Minggu siang telah didistribusikan 10.000 liter air bersih sebagai upaya penanganan darurat bagi warga kedua desa itu.
Disisi lain, ia menyebutkan, BNPB mengapresiasi upaya cepat Pemerintah Kabupaten Cilacap dengan menetapkan status siaga darurat kekeringan yang berlaku enam bulan ke depan atau hingga 22 November 2025.
Menurut dia, status siaga darurat yang diterbitkan oleh Bupati Cilacap tersebut langkah kesiapsiagaan
tepat karena akan memudahkan segenap upaya
darurat bencana, dalam merespon dampak kekeringan memasuki musim kemarau ini yang berdasarkan prakiraan BMKG akan berlangsung Juni- September 2024.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Cilacap dilanda kekeringan
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2024