Sebagai bentuk kepedulian kepada petani kopi di Tapanuli Selatan, Wakil Bupati Tapsel Rasyid Assaf Dongoran, MSi membagikan 20 ribu bibit tanaman kopi kepada Kelompak Tani Atturmangan dari Kecamatan Saipar Dolok Hole pada Rabu, 4 Maret 2024 lalu melalui salah satu pembina Poktannya Andri D.M Pasaribu.

Hal ini merupakan inisiatif pengembangan kopi yang dilakukan Rasyid Assaf Dongoran secara berkala. Uniknya, inisiatif ini sama sekali tidak menggunakan APBD maupun APBN dari Skema Dinas Pertanian.

"Ini bisa dilakukan memakai inisiatif bersama teman-teman, tanpa APBD ataupun APBN," ungkap Rasyid

Pemberian bibit tanaman kopi ini dilakukan Rasyid secara bertahap. Pada tahap pertama diserahkan sebanyak 10 ribu bibit. Setelah ditanam semuanya, maka akan diserahkan 10 ribu bibit lagi tahap kedua.

Rasyid bercerita ia melakukan inisiatif pembagian bibit ini karena ia suka menanam sejak dulu. Saat masih usia 20-30 an ia memakai tangannya sendiri menanam pohon, pergi ke berbagai tempat dan mencari tempat yang cocok ditanami tanpa dimiliki. 

"Saya suka menanam, jika pun tidak memakai tangan saya langsung untuk menanam pohon, maka saya cari uang pakai otak saya, dengan cara "ngamen intelektual", membantu teman-teman di Medan dan Jakarta, lalu saya diberi uang dan uang nya saya belikan Bibit Kopi. Bibitnya saya berikan ke masyarakat, kan sama saja saya yang menanam kopi, tapi pakai otak bukan pakai tangan saya langsung," ungkap Rasyid.

Selain menjaga kelestarian bumi, tanaman kopi ini akan meringankan beban para petani kopi untuk membeli bibit. Lewat inisiatif ini Rasyid juga berharap menanam pohon menjadi budaya dan kebiasaan Masyarakat Tapsel.

"Dulu sekitar 15 tahun lalu saat bekerja di Dinas saat saya masih ASN dan kemudian keluar dan bekerja di swasta pada Lenbaga Internasional , dan lembaga lokal , saya tetap saja bekerja seputar tanam menanam, baik itu dari aspek perencanaan maupun implementasi serta evaluasinya,” jelasnya.

Menurut politisi Golkar ini, kopi termasuk tanaman yang menghasilkan ekonomi dan juga menyerap karbon yang tinggi. Jika dibuat sistem agroforestri maka disebut kopi agroforestri atau kopi ramah lingkungan.

"Bagi saya urusan tanam menanam ini urusan sampai menjelang mati, tanpa melihat usia, In Sya Allah. Kebetulan latar belakang ilmu saya juga S1 bidang Biologi Lingkungan dan S2 bidang Manajemen Lingkungan dan Sumber Daya Alam. Jadi inisiatif ini menjadi bagian pengabdian saya atas ilmu yang saya dapatkan kepada alam ini,” ungkapnya

 

Pewarta: Rilis

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2024