Kementerian Kesehatan RI melaporkan 4,2 persen dari total penderita Hepatitis B di Indonesia dialami bayi usia di bawah lima tahun.
"Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, penderita Hepatitis B dan C di Indonesia diperkirakan ada sekitar 20 juta orang," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI Imran Pambudi dalam Press Briefing Hari Hepatitis Sedunia 2023 diikuti dalam jaringan di Jakarta, Rabu.
Dari total penderita Hepatitis di Indonesia, sekitar 7,1 persen atau setara sekitar 18 juta orang Indonesia menderita Hepatitis B, sedangkan sisanya sekitar 1 persen atau setara 2,5 juta orang terinfeksi Hepatitis C.
Salah satu kasus yang disoroti Imran adalah laju kasus Hepatitis B pada balita yang mengambil porsi 4,2 persen dari total penderita di Indonesia.
Berdasarkan angka tersebut, kata Imran, saat ini Indonesia digolongkan sebagai negara dengan prevalensi Hepatitis B tingkat endemisitas menengah hingga tinggi.
"Penyakit Hepatitis B dan C jadi salah satu penyebab utama sirosis hati yang merupakan kasus dengan biaya katastropik (menghabiskan biaya besar) karena membutuhkan pengobatan dan laboratorium yang cukup canggih," katanya.
Upaya penanggulangan yang dilakukan pemerintah dibagi atas tiga strategi, yakni meningkatkan akses layanan skrining, testing, dan treatmen. Kemudian desentralisasi dan simplifikasi pelayanan, serta menggunakan metode diagnostik yang tepat.
Kemenkes juga memberikan obat antivirus Tenofovir pada ibu hamil yang terdiagnosis Hepatitis B. Program yang bergulir mulai 2022 itu telah berjalan di 180 fasilitas kesehatan di 34 kabupaten/kota dan 17 provinsi.
"Secara bertahap akan kami tambah supaya pada 2029, semua kabupaten/kota dapat memberikan obat antivirus Tenofovir pada ibu hamil," katanya.
Intervensi lainnya berupa pemberian vaksin Hepatitis B Immunoglobulin pada bayi dan ibu yang terdiagnosis Hepatitis B pada waktu 24 jam usai melahirkan.
Dalam acara yang sama, Ketua Komite Ahli Hepatitis dan Pencegahan Penyakit Saluran Pencernaan Prof David Mulyono mengatakan Hepatitis B disebabkan oleh virus Hepadnaviridae.
"Kalau orang kena virus tersebut, dia akan masuk pada sel inti hati kita dan selamanya ada di situ. Bisa sembuh, kalau sistem imunnya baik, tapi DNA virus masih tersimpan di DNA pasien," katanya.
Jika Hepatitis B menyerang bayi, kata David, maka 95 persen akan menjadi penyakit kronis dengan gejala akut, lalu meningkat menjadi kronis, dan berakhir pada kanker hati.
David mengapresiasi prestasi pemerintah dalam upaya skrining penyakit Hepatitis yang saat ini menyentuh 3,2 juta dari total 4 juta perkiraan angka persalinan per tahun di seluruh provinsi.
"Saat ini hanya di China yang bisa melakukan pemeriksaan 3,2 juta ibu hamil dengan gratis dan tes Hepatitis," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kemenkes laporkan 4,2 persen pasien Hepatitis B dialami balita
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023
"Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, penderita Hepatitis B dan C di Indonesia diperkirakan ada sekitar 20 juta orang," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI Imran Pambudi dalam Press Briefing Hari Hepatitis Sedunia 2023 diikuti dalam jaringan di Jakarta, Rabu.
Dari total penderita Hepatitis di Indonesia, sekitar 7,1 persen atau setara sekitar 18 juta orang Indonesia menderita Hepatitis B, sedangkan sisanya sekitar 1 persen atau setara 2,5 juta orang terinfeksi Hepatitis C.
Salah satu kasus yang disoroti Imran adalah laju kasus Hepatitis B pada balita yang mengambil porsi 4,2 persen dari total penderita di Indonesia.
Berdasarkan angka tersebut, kata Imran, saat ini Indonesia digolongkan sebagai negara dengan prevalensi Hepatitis B tingkat endemisitas menengah hingga tinggi.
"Penyakit Hepatitis B dan C jadi salah satu penyebab utama sirosis hati yang merupakan kasus dengan biaya katastropik (menghabiskan biaya besar) karena membutuhkan pengobatan dan laboratorium yang cukup canggih," katanya.
Upaya penanggulangan yang dilakukan pemerintah dibagi atas tiga strategi, yakni meningkatkan akses layanan skrining, testing, dan treatmen. Kemudian desentralisasi dan simplifikasi pelayanan, serta menggunakan metode diagnostik yang tepat.
Kemenkes juga memberikan obat antivirus Tenofovir pada ibu hamil yang terdiagnosis Hepatitis B. Program yang bergulir mulai 2022 itu telah berjalan di 180 fasilitas kesehatan di 34 kabupaten/kota dan 17 provinsi.
"Secara bertahap akan kami tambah supaya pada 2029, semua kabupaten/kota dapat memberikan obat antivirus Tenofovir pada ibu hamil," katanya.
Intervensi lainnya berupa pemberian vaksin Hepatitis B Immunoglobulin pada bayi dan ibu yang terdiagnosis Hepatitis B pada waktu 24 jam usai melahirkan.
Dalam acara yang sama, Ketua Komite Ahli Hepatitis dan Pencegahan Penyakit Saluran Pencernaan Prof David Mulyono mengatakan Hepatitis B disebabkan oleh virus Hepadnaviridae.
"Kalau orang kena virus tersebut, dia akan masuk pada sel inti hati kita dan selamanya ada di situ. Bisa sembuh, kalau sistem imunnya baik, tapi DNA virus masih tersimpan di DNA pasien," katanya.
Jika Hepatitis B menyerang bayi, kata David, maka 95 persen akan menjadi penyakit kronis dengan gejala akut, lalu meningkat menjadi kronis, dan berakhir pada kanker hati.
David mengapresiasi prestasi pemerintah dalam upaya skrining penyakit Hepatitis yang saat ini menyentuh 3,2 juta dari total 4 juta perkiraan angka persalinan per tahun di seluruh provinsi.
"Saat ini hanya di China yang bisa melakukan pemeriksaan 3,2 juta ibu hamil dengan gratis dan tes Hepatitis," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kemenkes laporkan 4,2 persen pasien Hepatitis B dialami balita
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023