Unjuk rasa yang digelar massa gabungan aktivis di kantor Kejaksaan Negeri Tanjung Balai Asahan (Kejari TBA) memanas, bahkan salah seorang dari pengunjukrasa, Ahmad Rolel nyaris melakukan aksi bakar diri, Senin (3/7).
Upaya membakar diri yang dilakukan Ahmad Rolel selaku Ketua lembaga Pemuda Tanjung Balai (PETA) dengan cara memandikan cairan BBM jenis Pertalite. Beruntung saat akan memantikkan korek api (mancis), aksi nekadnya dapat dicegah pengunjukrasa lainnya.
Aksi nekad membakar diri itu dipicu sikap Kepala Seksi Intelijen (Kasi) Kajari TBA, Andi Sahputra Sitepu yang dinilai tidak berani menemui pengunjukrasa untuk memberikan klarifikasi terhadap status WhatsApp (WA) yang dianggap menghina aktivis.
Untuk meredam unjukrasa yang kian memanas, akhirnya Kepala Kejari TBA, Rupina Boru Ginting menemui pendemo dan memberikan pernyataan bahwa status WA Kasi Intelijen (Andi) tidak bermaksud menghina aktivis, melainkan unek-unek pribadi.
"Itu (status WA) merupakan unek-unek pribadi beliau, tidak ada maksud menghina adik-adik aktivis. Secara pribadi saya minta maaf atas sikap anggota saya," ujar Rupina di hadapan pengunjukrasa.
Untuk diketahui, unjukrasa yang digelar massa mengatasnamakan Pemuda Aktivis Kota Tanjung Balai Bersatu berawal dari status WA Kasi Intelijen Andi Sahputra Sitepu yang dianggap menghina aktivis.
Dimana dalam status WA tersebut Andi mengupload gambar aksi unjukrasa dengan menuliskan "Entah siapa yang salah?? Dunia ini panggung sandiwara". Pada caption status tersebut Andi juga menuliskan "Hari ini anjing, besok babi, lusa monyet, Akhirnya jadi taik".
Kepada wartawan, Andi menampik status WA miliknya tidak ditujukan terhadap aktivis di Kota Tanjung Balai melainkan unek-unek pribadi yang hanya dipahami oleh dirinya sendiri dengan maksud tidak menghina pribadi maupun kelompok.
"Status itu murni adalah ungkapan unek-unek saya, dan yang paham artinya juga saya sendiri, dan yang jelas tidak seperti narasi disampaikan oleh teman-teman aktivis jika saya menghina dengan menyebut mereka seperti nama binatang yang ada di status tersebut," sebut Andi sebagaimana dilansir beberapa media online.
Pantauan di lapangan, hingga berita ini ditayangkan para aktivis masih berada di halaman Kantor Kejari Tanjung Balai dan mereka telah mendirikan tenda untuk aksi menginap hingga tuntutan mereka dipenuhi agar Kajari meminta maaf atas nama institusi Kejaksaan.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023
Upaya membakar diri yang dilakukan Ahmad Rolel selaku Ketua lembaga Pemuda Tanjung Balai (PETA) dengan cara memandikan cairan BBM jenis Pertalite. Beruntung saat akan memantikkan korek api (mancis), aksi nekadnya dapat dicegah pengunjukrasa lainnya.
Aksi nekad membakar diri itu dipicu sikap Kepala Seksi Intelijen (Kasi) Kajari TBA, Andi Sahputra Sitepu yang dinilai tidak berani menemui pengunjukrasa untuk memberikan klarifikasi terhadap status WhatsApp (WA) yang dianggap menghina aktivis.
Untuk meredam unjukrasa yang kian memanas, akhirnya Kepala Kejari TBA, Rupina Boru Ginting menemui pendemo dan memberikan pernyataan bahwa status WA Kasi Intelijen (Andi) tidak bermaksud menghina aktivis, melainkan unek-unek pribadi.
"Itu (status WA) merupakan unek-unek pribadi beliau, tidak ada maksud menghina adik-adik aktivis. Secara pribadi saya minta maaf atas sikap anggota saya," ujar Rupina di hadapan pengunjukrasa.
Untuk diketahui, unjukrasa yang digelar massa mengatasnamakan Pemuda Aktivis Kota Tanjung Balai Bersatu berawal dari status WA Kasi Intelijen Andi Sahputra Sitepu yang dianggap menghina aktivis.
Dimana dalam status WA tersebut Andi mengupload gambar aksi unjukrasa dengan menuliskan "Entah siapa yang salah?? Dunia ini panggung sandiwara". Pada caption status tersebut Andi juga menuliskan "Hari ini anjing, besok babi, lusa monyet, Akhirnya jadi taik".
Kepada wartawan, Andi menampik status WA miliknya tidak ditujukan terhadap aktivis di Kota Tanjung Balai melainkan unek-unek pribadi yang hanya dipahami oleh dirinya sendiri dengan maksud tidak menghina pribadi maupun kelompok.
"Status itu murni adalah ungkapan unek-unek saya, dan yang paham artinya juga saya sendiri, dan yang jelas tidak seperti narasi disampaikan oleh teman-teman aktivis jika saya menghina dengan menyebut mereka seperti nama binatang yang ada di status tersebut," sebut Andi sebagaimana dilansir beberapa media online.
Pantauan di lapangan, hingga berita ini ditayangkan para aktivis masih berada di halaman Kantor Kejari Tanjung Balai dan mereka telah mendirikan tenda untuk aksi menginap hingga tuntutan mereka dipenuhi agar Kajari meminta maaf atas nama institusi Kejaksaan.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023