Badan Pengurus Daerah Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (BPD AEKI) Sumatera Utara menyebut bahwa tanaman lamtoro menjadi alternatif untuk mengurangi dampak El Nino pada perkebunan kopi.

"Lamtoro dapat melindungi kopi dari panas yang terlalu terik dan hujan atau angin yang terlalu kencang," ujar Wakil Kepala Kompartemen Pemasaran dan Mutu BPD AEKI Sumut Fadli Hazmi kepada ANTARA di kantornya, Medan, Kamis.

Meski demikian, menurut Fadli, belum semua petani kopi di Sumut yang mengetahui fungsi lamtoro sebagai penaung kopi itu.

Dia pun berharap pemerintah daerah di Sumut untuk turun tangan dalam memberikan wawasan tersebut kepada para petani supaya produksi kopi tidak menurun saat El Nino menerjang.

Petani, pihak swasta dan pemerintah disebut Fadli wajib mempunyai hubungan yang erat demi memastikan keberlanjutan produksi kopi.

"Petani penting dalam hal produksi, sementara pengusaha memiliki pasar. Pengusaha menyampaikan kepada petani apa yang diinginkan pasar agar mereka mengetahui harus memproduksi apa. Akan tetapi, tanpa dukungan pemerintah hal tersebut tidak bisa berjalan," kata dia.

Baca juga: AEKI: Kebun tua salah satu kendala produksi kopi di Sumut

Untuk mempertahankan kuantitas dan kualitas produksi kopi Sumut, dia melanjutkan, petani harus segera diberikan edukasi.
 

Dengan adanya bekal pengetahuan, selain memengaruhi keberlanjutan, produksi kopi juga diharapkan lebih efektif dan maksimal.

"Artinya tidak bisa berjalan sendiri-sendiri," kata Fadli.

Baca juga: BPD AEKI: Undang-Undang AntiDeforestasi UE tak pengaruhi ekspor kopi Sumut

Terkait lamtoro, Danil Arvi dan kawan-kawan dalam tulisan berjudul "Hubungan Ketinggian Tempat Dan Kelerengan Terhadap Produksi Kopi Arabika Gayo 1 Di Kabupaten Gayo Lues" (2019) di Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah, menyebut bahwa tanaman tersebut tidak hanya menjadi penaung yang baik tetapi juga berpengaruh positif kepada kesuburan tanah khususnya pada kopi arabika.

Adapun arabika merupakan jenis kopi andalan Sumatera Utara yang diekspor hingga Amerika Serikat dan Eropa.

Lamtoro, mereka menulis, memiliki akar yang menyerap unsur hara yang menyuburkan tanah bagian atas untuk diserap kopi arabika.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi, ada 50-60 persen peluang terjadinya El Nino di Indonesia pada semester kedua tahun 2023 dengan puncaknya diyakini pada Agustus.

Salah satu dampak El Nino yang sangat diwaspadai adalah terjadinya gagal panen. Gagal panen ini akan membuat kurangnya stok beras yang berujung pada meningkatnya harga.

Berdasarkan BMKG, El Nino merupakan fenomena memanasnya suhu muka laut Samudera Pasifik bagian tengah. Pemanasan itu meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia.

Pewarta: Michael Siahaan

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023