Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Provinsi Sumatera Utara menerima sertifikat eliminasi Malaria tingkat kabupaten/kota dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia (RI).
Sertifikat eliminasi malaria itu langsung diterima oleh Bupati Madina, HM Ja'far Sukhairi Nasution di acara puncak peringatan hari malaria sedunia tahun 2023 tingkat nasional di Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur.
Sertifikat bebas malaria itu diserahkan Direktur Jenderal (Dirjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI DR dr Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS, kepada Bupati Madina, HM Ja'far Sukhairi Nasution bersamaan 5 provinsi dan 50 kabupaten/kota lainnya.
Bupati Madina menyampaikan, keberhasilan ini berkat doa dan dukungan dari seluruh masyarakat, dan juga tentunya peran serta dijajaran Dinas Kesehatan.
"Semoga elimasi malaria ini dapat kita pertahankan," kata Sukhairi sembari dia juga menyebutkan kerja keras ini patut diapresiasi.
Tentunya kondisi ini menjadi kabar baik bagi masyarakat Madina karena telah memenuhi syarat atas pencapaian eliminasi malaria itu.
"Alhamdulillah, akhirnya Madina mendapat kelulusan uji petik eliminasi malaria melalui perjuangan yang cukup panjang. Terima kasih kepada Bupati/Wakil Bupati dan seluruh lintas sektoral atas dukungannya," ujar Plt Kadis Kesehatan Madina, dr Muhammad Faisal Situmorang dalam keterangannya yang diterima ANTARA.
Faisal menyebut, jika Madina dulunya merupakan daerah endemik malaria. Pada 2017 lalu salah satu kecamatan yang ada di kabupaten itu pernah dilabeli garis merah karena terdapat 91 kasus.
"Semenjak itu jadi hal yang menakutkan bagi orang-orang yang mau datang ke sini," ungkap Faisal.
Disebutkannya, dalam tiga tahun belakangan, grafik trend kasus malaria Madina sejak 2019 tercatat sebesar 25 persen dari jumlah populasi penduduknya.
Namun, tahun 2020 kasusnya perlahan menurun mencapai 17 persen, hingga pada 2021 terus merosot menjadi 8 persen. Bahkan pada 2022, sudah tercatat 0 persen.
Kendati demikian, Faisal menyatakan bahwa malaria tetap menjadi perhatian bersama.
Dinas kesehatan akan tetap melakukan deteksi dini berikut penanganannya, pengendalian faktor lingkungan dengan melibatkan seluruh sektor sosial termasuk melibatkan media untuk sebuah publikasi yang bersifat edukasi.
"Semoga kabupaten kita ini bisa menjadi percontohan bagi daerah yang lain," harapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023
Sertifikat eliminasi malaria itu langsung diterima oleh Bupati Madina, HM Ja'far Sukhairi Nasution di acara puncak peringatan hari malaria sedunia tahun 2023 tingkat nasional di Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur.
Sertifikat bebas malaria itu diserahkan Direktur Jenderal (Dirjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI DR dr Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS, kepada Bupati Madina, HM Ja'far Sukhairi Nasution bersamaan 5 provinsi dan 50 kabupaten/kota lainnya.
Bupati Madina menyampaikan, keberhasilan ini berkat doa dan dukungan dari seluruh masyarakat, dan juga tentunya peran serta dijajaran Dinas Kesehatan.
"Semoga elimasi malaria ini dapat kita pertahankan," kata Sukhairi sembari dia juga menyebutkan kerja keras ini patut diapresiasi.
Tentunya kondisi ini menjadi kabar baik bagi masyarakat Madina karena telah memenuhi syarat atas pencapaian eliminasi malaria itu.
"Alhamdulillah, akhirnya Madina mendapat kelulusan uji petik eliminasi malaria melalui perjuangan yang cukup panjang. Terima kasih kepada Bupati/Wakil Bupati dan seluruh lintas sektoral atas dukungannya," ujar Plt Kadis Kesehatan Madina, dr Muhammad Faisal Situmorang dalam keterangannya yang diterima ANTARA.
Faisal menyebut, jika Madina dulunya merupakan daerah endemik malaria. Pada 2017 lalu salah satu kecamatan yang ada di kabupaten itu pernah dilabeli garis merah karena terdapat 91 kasus.
"Semenjak itu jadi hal yang menakutkan bagi orang-orang yang mau datang ke sini," ungkap Faisal.
Disebutkannya, dalam tiga tahun belakangan, grafik trend kasus malaria Madina sejak 2019 tercatat sebesar 25 persen dari jumlah populasi penduduknya.
Namun, tahun 2020 kasusnya perlahan menurun mencapai 17 persen, hingga pada 2021 terus merosot menjadi 8 persen. Bahkan pada 2022, sudah tercatat 0 persen.
Kendati demikian, Faisal menyatakan bahwa malaria tetap menjadi perhatian bersama.
Dinas kesehatan akan tetap melakukan deteksi dini berikut penanganannya, pengendalian faktor lingkungan dengan melibatkan seluruh sektor sosial termasuk melibatkan media untuk sebuah publikasi yang bersifat edukasi.
"Semoga kabupaten kita ini bisa menjadi percontohan bagi daerah yang lain," harapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023