Perum Bulog Kantor Wilayah Sumatera Utara menyatakan penyerapan beras untuk cadangan beras pemerintah memiliki beberapa kendala salah satunya tingginya harga yang ditetapkan petani.

"Kadang susah menyerap beras untuk pemerintah karena harganya bisa Rp10 ribu-Rp11 ribu per kilogram atau lebih tinggi dari harga pembelian pemerintah (HPP) Rp9.950 per kilogram. Kami sulit membelinya kalau di atas HPP," ujar Pemimpin Wilayah Perum Bulog Kanwil Sumut Arif Mandu di kantornya, Medan, Jumat.

Oleh karena itu, Arif melanjutkan, pihaknya membeli beras dari petani dengan harga komersial untuk menambah stok.

Sampai Mei 2023, dia menyebut bahwa pembelian komersial tersebut sudah mencapai 2.000-an ton.

Baca juga: Bulog Sumut perkuat stok beras antisipasi El Nino

Menurut Arif, ada beberapa faktor yang membuat harga beras dari petani di Sumatera Utara lebih besar dari HPP seperti tidak serentaknya panen, mahalnya harga pupuk dan iklim.
Ketika panen terjadi di wilayah yang terpisah-pisah, pengusaha penggilingan terpaksa berpindah tempat dan itu membutuhkan biaya operasional yang lebih banyak.

"Misalnya, panennya di Serdang Berdagai dahulu, lalu lanjut ke Baru Bara. Tidak serentak. Makanya harga beras di Sumut tetap tinggi," kata Arif.

Lalu, harga pupuk pun melambung lantaran bahan bakunya didatangkan dari Ukraina dan Rusia yang terlibat perang sampai saat ini.

Baca juga: Bulog Sumut dapat 29.000 ton beras impor tahap pertama

"Ketika tanaman saat mau dipupuk, pupuknya tidak ada. Dan bisa saja ada, tetapi waktu pemupukannya tidak ideal, ya, hasilnya tidak maksimal," ujar Arif.

Iklim pun turut mempengaruhi, seperti ketika beberapa wilayah di Sumatera Utara mengalami banjir. Setelah itu, kini cuaca relatif panas. Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut juga sempat menyebut bahwa faktor cuaca memegang peranan penting dalam produksi hasil pertanian Sumut pada triwulan pertama 2023.

Pewarta: Michael Siahaan

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023