Muhammad Ridho namanya. Anak lelaki kelahiran 2010 itu, tak kuasa menahan tangis seketika mengingat-ingat kembali dimana ia tinggal sebelumnya.
Perasan Ridho seolah tercabik-cabik saat ditanya perihal perjalanan hidupnya. Dibalik itu sontak perlahan air matanya berlinang dan seketika mengheningkan suasana menjelang magrib.
Ridho merupakan anak jalanan yang diasuh oleh seorang polisi di pondok Pesantren Assairun, Rumah Yatim Dan Dhuafa.
Di pondok pesantren ia tinggal yang sekaligus tempat menata masa depan itu, yakni tepatnya di Dusun 19, Desa Kelambir V, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Kamis (6/4/2023), Ridho mulai menceritakan kisahnya.
Sosok anak kecil hebat itu, ternyata hidup hari-hari di jalanan, sebatang kara tanpa kasih sayang kedua orang tua. Ridho juga sampai saat ini tak mengetahui dimana keberadaan keduanya.
"Dulu tinggal di STM di jalanan, terus diambil sama kepling diletakkan di Polsek Patumbak. Gak lama diambil seorang bapak dan sempat merawat saya. Kemudian saya diletakkan di pesantren ini. Sekarang udah nyaman, dan disini juga banyak temen-temen," kata Ridho sembari mengusap air matanya.
Tak perlu waktu lama bagi Ridho untuk tinggal di jalanan, pada tahun 2020 kemauan berubah. Dia mulai memperbaiki hidupnya dan memilih tinggal bersama teman-teman barunya di pondok pesantren. Belajar dengan kesungguhan demi menata masa depan.
Hari larut malam saat itu. Seberkas harapan tumbuh di dalam diri Ridho, meyakini bahwa di tempat yang dibangun Abi Aipda Irfansyah inilah yang mampu mendorong terwujudnya mimpinya nanti.
"Cita-cita saya mau jadi polisi yang hebat. Dekat sama masyarakat dan untuk memulainya saya disini mulai belajar di pesantren Abi Irfansyah," tutur Ridho.
Abi Aipda Irfansyah merupakan pemilik Pesantren Assairun, Rumah Yatim Dan Dhuafa. Di tengah kesibukannya menjadi seorang Polri yang bertugas di Bidang Hukum Polda Sumatera Utara, Irfansyah memanfaatkan waktu kosongnya untuk mengajar anak-anak.
Di pesantren, Irfansyah mengajarkan ilmu sosial dan kemanusiaan, selebihnya ia menghadirkan beberapa orang ustadz dan ustazah untuk mengajari anak-anak.
Sejak dibangun tempat itu, sedikitnya terdapat 40 lebih murid laki-laki dan perempuan belajar di tempat Irfansyah. Mereka rata-rata berasal dari kaum anak yatim anak jalanan dan dhuafa.
Irfansyah mengakui, mendirikan pesantren itu tak lain hanyalah untuk anak-anak semata yang sedang membutuhkan pendidikan. Seperti anak jalanan, yatim-piatu dan anak dhuafa.
Satu sisi kata Irfansyah, dengan didirikannya pondok pesantren ini, tak lepas mendukung program polri yakni melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat.
"Ini sebuah keinginan sendiri untuk mendirikan pondok buat anak-anak yatim dan anak jalanan. Keluarga sempat gak mendukung, hanya didukung sama komandan temen-temen lainnya. Namun lambat laun, istri dan kelurga paham. Dan ternyata dibalik ini ada keberkahan tersendiri," kata Aipda Irfansyah lelaki kelahiran 1984 itu.
Perjuangan tak mudah. Penuh aral terjal. Sepenggal dari niat baiknya yang sudah terwujud itu, ternyata ayah tiga anak ini menyimpan kisah pilu saat mendirikan pondok pesantren.
Irfansyah yang gagah itu, di dua tahun terakhir, mengidap penyakit kanker Lymphoma. Kondisi yang di deritanya, diamini Irfansyah sejak awal membangun pondok pesantren.
Namun tak begitu, Irfansyah tetap tegar dan menyakini hal itu adalah sebuah jalan kehidupan setiap orang sekaligus bekal menuju kehidupan di akhirat nanti.
"Mungkin udah jalannya. Dan polisi sekarang selalu di pandang buruk oleh sejumlah masyarakat, maka daripada itu, tindakan sosial ini berharap dapat mengubah pandangan masyarakat bahwa polisi itu mengayomi," katanya.
Dimata Irfansyah yang hari-hari bekerja sebagai Polri, anak jalanan, yatim dan dhuafa adalah senjata pamungkas. Baik bagi diri sendiri dan bernilai positif dimata masyarakat.
Ramadhani, Kepada Dusun 19 yang masih ingat betul bahwa Polri bernama Irfansyah merupakan sosok hebat di kediaman Ramadhani menjabat. Irfansyah menunjukan kepada masyarakat bahwa Polri mengayomi, peduli terhadap sesama.
Menurut Ramadhani, kedatangan Irfansyah menjadi dampak baik untuk terus memperlihatkan peran penting Polri di masyarakat.
"Saya sangat bangga kepada Polri bernama Irfansyah. Membuka pesantren gratis bagi anak-anak yang membutuhkan, dan ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi saya ada seorang Polri peduli sama masyarakat," kata Ramadhani.
)*** Penulis adalah Fotografer ANTARA
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023
Perasan Ridho seolah tercabik-cabik saat ditanya perihal perjalanan hidupnya. Dibalik itu sontak perlahan air matanya berlinang dan seketika mengheningkan suasana menjelang magrib.
Ridho merupakan anak jalanan yang diasuh oleh seorang polisi di pondok Pesantren Assairun, Rumah Yatim Dan Dhuafa.
Di pondok pesantren ia tinggal yang sekaligus tempat menata masa depan itu, yakni tepatnya di Dusun 19, Desa Kelambir V, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Kamis (6/4/2023), Ridho mulai menceritakan kisahnya.
Sosok anak kecil hebat itu, ternyata hidup hari-hari di jalanan, sebatang kara tanpa kasih sayang kedua orang tua. Ridho juga sampai saat ini tak mengetahui dimana keberadaan keduanya.
"Dulu tinggal di STM di jalanan, terus diambil sama kepling diletakkan di Polsek Patumbak. Gak lama diambil seorang bapak dan sempat merawat saya. Kemudian saya diletakkan di pesantren ini. Sekarang udah nyaman, dan disini juga banyak temen-temen," kata Ridho sembari mengusap air matanya.
Tak perlu waktu lama bagi Ridho untuk tinggal di jalanan, pada tahun 2020 kemauan berubah. Dia mulai memperbaiki hidupnya dan memilih tinggal bersama teman-teman barunya di pondok pesantren. Belajar dengan kesungguhan demi menata masa depan.
Hari larut malam saat itu. Seberkas harapan tumbuh di dalam diri Ridho, meyakini bahwa di tempat yang dibangun Abi Aipda Irfansyah inilah yang mampu mendorong terwujudnya mimpinya nanti.
"Cita-cita saya mau jadi polisi yang hebat. Dekat sama masyarakat dan untuk memulainya saya disini mulai belajar di pesantren Abi Irfansyah," tutur Ridho.
Abi Aipda Irfansyah merupakan pemilik Pesantren Assairun, Rumah Yatim Dan Dhuafa. Di tengah kesibukannya menjadi seorang Polri yang bertugas di Bidang Hukum Polda Sumatera Utara, Irfansyah memanfaatkan waktu kosongnya untuk mengajar anak-anak.
Di pesantren, Irfansyah mengajarkan ilmu sosial dan kemanusiaan, selebihnya ia menghadirkan beberapa orang ustadz dan ustazah untuk mengajari anak-anak.
Sejak dibangun tempat itu, sedikitnya terdapat 40 lebih murid laki-laki dan perempuan belajar di tempat Irfansyah. Mereka rata-rata berasal dari kaum anak yatim anak jalanan dan dhuafa.
Irfansyah mengakui, mendirikan pesantren itu tak lain hanyalah untuk anak-anak semata yang sedang membutuhkan pendidikan. Seperti anak jalanan, yatim-piatu dan anak dhuafa.
Satu sisi kata Irfansyah, dengan didirikannya pondok pesantren ini, tak lepas mendukung program polri yakni melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat.
"Ini sebuah keinginan sendiri untuk mendirikan pondok buat anak-anak yatim dan anak jalanan. Keluarga sempat gak mendukung, hanya didukung sama komandan temen-temen lainnya. Namun lambat laun, istri dan kelurga paham. Dan ternyata dibalik ini ada keberkahan tersendiri," kata Aipda Irfansyah lelaki kelahiran 1984 itu.
Perjuangan tak mudah. Penuh aral terjal. Sepenggal dari niat baiknya yang sudah terwujud itu, ternyata ayah tiga anak ini menyimpan kisah pilu saat mendirikan pondok pesantren.
Irfansyah yang gagah itu, di dua tahun terakhir, mengidap penyakit kanker Lymphoma. Kondisi yang di deritanya, diamini Irfansyah sejak awal membangun pondok pesantren.
Namun tak begitu, Irfansyah tetap tegar dan menyakini hal itu adalah sebuah jalan kehidupan setiap orang sekaligus bekal menuju kehidupan di akhirat nanti.
"Mungkin udah jalannya. Dan polisi sekarang selalu di pandang buruk oleh sejumlah masyarakat, maka daripada itu, tindakan sosial ini berharap dapat mengubah pandangan masyarakat bahwa polisi itu mengayomi," katanya.
Dimata Irfansyah yang hari-hari bekerja sebagai Polri, anak jalanan, yatim dan dhuafa adalah senjata pamungkas. Baik bagi diri sendiri dan bernilai positif dimata masyarakat.
Ramadhani, Kepada Dusun 19 yang masih ingat betul bahwa Polri bernama Irfansyah merupakan sosok hebat di kediaman Ramadhani menjabat. Irfansyah menunjukan kepada masyarakat bahwa Polri mengayomi, peduli terhadap sesama.
Menurut Ramadhani, kedatangan Irfansyah menjadi dampak baik untuk terus memperlihatkan peran penting Polri di masyarakat.
"Saya sangat bangga kepada Polri bernama Irfansyah. Membuka pesantren gratis bagi anak-anak yang membutuhkan, dan ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi saya ada seorang Polri peduli sama masyarakat," kata Ramadhani.
)*** Penulis adalah Fotografer ANTARA
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023