Oki, sapaan akrab Muhammad Rasoki, 32, belasan tahun berjuang melawan derasnya arus Sungai Batang Toru, sungai terbesar di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.
Mencari ikan di sungai itu sudah merupakan aktifitas pria ini untuk bisa menafkahi tiga anak beserta isterinya selama ini. Alat yang ia gunakan seperti jala (jaring).
Berbagai jenis ikan seperti lelan, hampala, merah, gurame, dan udang sering ia dapatkan. "Ikan paling banyak ditangkap jenis lelan minimal 3 kg bahkan bisa mencapai 10 kg," katanya.
Ikan hasil tangkapan yang dihargai Rp25 ribu per kilo sudah ada pelanggan tetapnya yakni sebuah Rumah Makan Parsariran, Rumah Makan Kasih Bunda di wilayah itu.
"Selain untuk dijual, kalau ikan hasil tangkapan lumayan, sebagian dibawa pulang untuk dikonsumsi bersama keluarga," katanya.
Biasanya sekali dalam dua atau tiga hari ia baru turun mencari ikan (sesuai pesanan). Waktu tepatnya pada sore hingga malam hari ikan mulai meminggir. Lokasi lubuknya di Pulau Godang.
Memang setiap hari ada saja masyarakat yang mencari (menangkap) ikan dari Sungai Batang Toru. Ada yang menggunakan jala, pancing, jaring dan lainnya. Ikan Sungai Batang Toru cukup digemari.
Dari hasil menangkap ikan, pria berpendidikan SMA ini bisa mengantongi penghasilan rata-rata Rp1,5 juta per bulan untuk membiayai anak (dua orang SD, satu TK) dan membantu pendapatan isteri yang membuka warung kopi.
Terkait tantangan yang Oki hadapi bilamana permukaan air Sungai Batang Toru naik akibat hujan maupun banjir kiriman, sehingga khawatir terbawa derasnya arus sungai tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023
Mencari ikan di sungai itu sudah merupakan aktifitas pria ini untuk bisa menafkahi tiga anak beserta isterinya selama ini. Alat yang ia gunakan seperti jala (jaring).
Berbagai jenis ikan seperti lelan, hampala, merah, gurame, dan udang sering ia dapatkan. "Ikan paling banyak ditangkap jenis lelan minimal 3 kg bahkan bisa mencapai 10 kg," katanya.
Ikan hasil tangkapan yang dihargai Rp25 ribu per kilo sudah ada pelanggan tetapnya yakni sebuah Rumah Makan Parsariran, Rumah Makan Kasih Bunda di wilayah itu.
"Selain untuk dijual, kalau ikan hasil tangkapan lumayan, sebagian dibawa pulang untuk dikonsumsi bersama keluarga," katanya.
Biasanya sekali dalam dua atau tiga hari ia baru turun mencari ikan (sesuai pesanan). Waktu tepatnya pada sore hingga malam hari ikan mulai meminggir. Lokasi lubuknya di Pulau Godang.
Memang setiap hari ada saja masyarakat yang mencari (menangkap) ikan dari Sungai Batang Toru. Ada yang menggunakan jala, pancing, jaring dan lainnya. Ikan Sungai Batang Toru cukup digemari.
Dari hasil menangkap ikan, pria berpendidikan SMA ini bisa mengantongi penghasilan rata-rata Rp1,5 juta per bulan untuk membiayai anak (dua orang SD, satu TK) dan membantu pendapatan isteri yang membuka warung kopi.
Terkait tantangan yang Oki hadapi bilamana permukaan air Sungai Batang Toru naik akibat hujan maupun banjir kiriman, sehingga khawatir terbawa derasnya arus sungai tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023