Sebanyak 20 orang pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM) kopi di Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, mengikuti pelatihan pengembangan menjalin kemitraan, sehingga diharapkan dapat lebih mengembangkan usaha mereka.
Bupati Dairi Eddy Keleng Ate Berutu di Sidikalang, Selasa, mengatakan kesohoran Kopi Sidikalang tidak bisa dipungkiri, bahkan kekhasan rasanya sudah diakui oleh dunia.
"Tidak ada memungkiri kalau kopi kita Sidikalang ini sangat tersohor, hanya sekarang ini belum bisa memberikan kesejahteraan bagi petani atau pelaku usaha dibalik kopi itu sendiri," katanya.
Ia mengatakan jika hanya pemerintah yang mengambil peran mengembalikan kejayaan Kopi Sidikalang, tentu tak akan bisa maksimal. Untuk itu ia menilai perlu peran dari bawah seperti peran petani dan pelaku usaha.
"Kalau pemerintah saja yang mengurusnya, tidak lah sustainable. Kekuatannya ada pada pelakunya yakni petani dan pengusaha," kata Eddy.
Baca juga: Siswa di Dairi ikuti pelatihan berhitung Metode Gasing
Implementasinya, menurut bupati, adalah harus mengobarkan kembali nama Kopi Sidikalang sehingga nantinya kembali terkenal, disukai, dan dibeli.
Namun bupati mengaku miris, Kopi Sidikalang belum selalu tersedia di berbagai hotel dan penginapan di Kabupaten Dairi.
"Saya sedikit miris bila di hotel atau di penginapan itu yang disediakan kopi saset produk pabrikan. Padahal kita adalah daerah penghasil kopi. Apa yang terjadi?. Kejayaan Kopi Sidikalang harus kita kembalikan," katanya.
Pihaknya berkomitmen untuk mengembalikan kejayaan Kopi Sidikalang yang menjadi salah satu komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Dairi.
Beberapa hal yang menjadi fokus Pemkab Dairi untuk mengembalikan kejayaan Kopi Sidikalang adalah memperhatikan jumlah tanam untuk tanaman kopi yang cenderung menurun.
Secara garis besar ada dua jenis Kopi Sidikalang yang ditanam petani yakni Arabika dan Robusta. Kopi Sidikalang Robusta terkenal memiliki kadar kafein yang lebih tinggi dan rasanya lebih kuat dibandingkan Arabika.
Tempat tumbuhnya juga berbeda, Sidikalang Robusta sudah bisa ditanam di ketinggian 600 - 700 meter di atas permukaan laut (mdpl), sedangkan Kopi Arabika minimal di atas 1.000 mdpl.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022
Bupati Dairi Eddy Keleng Ate Berutu di Sidikalang, Selasa, mengatakan kesohoran Kopi Sidikalang tidak bisa dipungkiri, bahkan kekhasan rasanya sudah diakui oleh dunia.
"Tidak ada memungkiri kalau kopi kita Sidikalang ini sangat tersohor, hanya sekarang ini belum bisa memberikan kesejahteraan bagi petani atau pelaku usaha dibalik kopi itu sendiri," katanya.
Ia mengatakan jika hanya pemerintah yang mengambil peran mengembalikan kejayaan Kopi Sidikalang, tentu tak akan bisa maksimal. Untuk itu ia menilai perlu peran dari bawah seperti peran petani dan pelaku usaha.
"Kalau pemerintah saja yang mengurusnya, tidak lah sustainable. Kekuatannya ada pada pelakunya yakni petani dan pengusaha," kata Eddy.
Baca juga: Siswa di Dairi ikuti pelatihan berhitung Metode Gasing
Implementasinya, menurut bupati, adalah harus mengobarkan kembali nama Kopi Sidikalang sehingga nantinya kembali terkenal, disukai, dan dibeli.
Namun bupati mengaku miris, Kopi Sidikalang belum selalu tersedia di berbagai hotel dan penginapan di Kabupaten Dairi.
"Saya sedikit miris bila di hotel atau di penginapan itu yang disediakan kopi saset produk pabrikan. Padahal kita adalah daerah penghasil kopi. Apa yang terjadi?. Kejayaan Kopi Sidikalang harus kita kembalikan," katanya.
Pihaknya berkomitmen untuk mengembalikan kejayaan Kopi Sidikalang yang menjadi salah satu komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Dairi.
Beberapa hal yang menjadi fokus Pemkab Dairi untuk mengembalikan kejayaan Kopi Sidikalang adalah memperhatikan jumlah tanam untuk tanaman kopi yang cenderung menurun.
Secara garis besar ada dua jenis Kopi Sidikalang yang ditanam petani yakni Arabika dan Robusta. Kopi Sidikalang Robusta terkenal memiliki kadar kafein yang lebih tinggi dan rasanya lebih kuat dibandingkan Arabika.
Tempat tumbuhnya juga berbeda, Sidikalang Robusta sudah bisa ditanam di ketinggian 600 - 700 meter di atas permukaan laut (mdpl), sedangkan Kopi Arabika minimal di atas 1.000 mdpl.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022