Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menggandeng sejumlah elemen diantaranya Komite Permainan Rakyat Olahraga Tradisional Indonesia (KPOTI) Sumatera Utara untuk kembali menggaungkan ideologi Pancasila di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Direktur Pengendalian BPIP Mukhammad Fahrurozi mengatakan semua pihak harus terus menggaungkan pemahaman ideologi Pancasila dan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Di samping sebagai dasar negara dan pandangan hidup, Pancasila juga sebagai alat pemersatu bangsa dengan keragaman budaya, suku bangsa dan agama yang tidak bisa dielakkan.
“Kekayaan keragaman budaya Indonesia merupakan berkah dan rahmat dari Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, perlu disyukuri. Keberagaman tidak dipertentangkan, karena kita punya Pancasila,” kata A Fahrurozi saat acara FGD penerapan nilai Pancasila melalui nilai budaya di Deli Serdang, Kamis (14/4).
Dikatakannya, sangat penting memupuk rasa nasionalisme dan patriotisme dan cinta tanah air dengan memperkuat pemahaman dan penghayatan nilai pancasila dengan sejumlah kegiatan.
Salah satunya lewat budaya dan gabungan mata pelajaran yang bertema cinta tanah air, kesehatan dan kebugaran, kesadaran lingkungan hidup, kewirausahaan dan kewarganegaraan.
"Kita mendorong materi pembelajaran Pancasila menjadi satu kesatuan utuh, komprehensif, termasuk muatan kearifan lokal dan budaya,” kata Fahrurozi.
Ketua KPOTI Sumut Agustin Sastrawan Harahap mengatakan, hampir di setiap daerah memiliki ragam permainan rakyat dan olahraga tradisional. Di antaranya enggrang, terompah, hadang, ketapel glindingan, rangkualu dan lainnya.
Keunikan permainan rakyat dan olahraga tradisional itu mengisyarakatkan bahwa bangsa ini memiliki wujud persatuan.
“Jenis-jenis permainan itu mengajarkan kepada kita semua tentang bela rasa, gotong royong, kebersamaan, welas asih, toleransi, adil, jujur, disiplin, sportivitas pada saat bermain. Itulah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila,” kata Agustin.
Dikatakan Agustin, dewasa ini dengan ragam budaya Indonesia, masyarakat dihadapkan pada dinamika sosial yang sangat kompleks. Indonesia dengan multikulturnya secara perlahan digerus perkembangan zaman dan tantangan global.
“Permainan rakyat dan olahraga tradisional semestinya menjadi solusi bagi pemerintah dalam menghadapi tantangan masuknya faham radikalisme dan intoleransi. Tak kalah pentingnya, terobosan pendidikan dengan menghadirkan kurikulum pendidikan Pancasila dengan pendekatan kearifan lokal di sekolah dari jenjang paling dasar hingga lanjutan," katanya.
"Kelak mereka yang beranjak dewasa bisa memahami pribadinya dan orang-orang di sekitar. Terutama miliki sikap bela rasa, negara, dan bangsa,” sambung Dosen Unimed tersebut.
Di kesempatan yang sama Irjen Pol. (Purn) Ir. Hamli, M.E. Direktur Pencegahan BNPT 2017-2020 menilai masuknya paham radikalisme menjadi tantangan besar terhadap nilai nilai Pancasila.
"Radikalisme biasanya gerakannya menyuburkan sikap intoleran, anti Pancasila, anti NKRI, penyebaran faham takfiri. Ini bisa terjadi dan terdampak pada siapapun tanpa memandang agama dan suku bangsa,” kata Hamli
Dikatakannya, menangkal radikalisasi bisa dilakukan dengan sejumlah hal. Di antaranya melalui kearifan lokal, kesejahteraan, kebebasan, kepercayaan umum, keadilan serta pertahanan keamanan.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022
Direktur Pengendalian BPIP Mukhammad Fahrurozi mengatakan semua pihak harus terus menggaungkan pemahaman ideologi Pancasila dan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Di samping sebagai dasar negara dan pandangan hidup, Pancasila juga sebagai alat pemersatu bangsa dengan keragaman budaya, suku bangsa dan agama yang tidak bisa dielakkan.
“Kekayaan keragaman budaya Indonesia merupakan berkah dan rahmat dari Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, perlu disyukuri. Keberagaman tidak dipertentangkan, karena kita punya Pancasila,” kata A Fahrurozi saat acara FGD penerapan nilai Pancasila melalui nilai budaya di Deli Serdang, Kamis (14/4).
Dikatakannya, sangat penting memupuk rasa nasionalisme dan patriotisme dan cinta tanah air dengan memperkuat pemahaman dan penghayatan nilai pancasila dengan sejumlah kegiatan.
Salah satunya lewat budaya dan gabungan mata pelajaran yang bertema cinta tanah air, kesehatan dan kebugaran, kesadaran lingkungan hidup, kewirausahaan dan kewarganegaraan.
"Kita mendorong materi pembelajaran Pancasila menjadi satu kesatuan utuh, komprehensif, termasuk muatan kearifan lokal dan budaya,” kata Fahrurozi.
Ketua KPOTI Sumut Agustin Sastrawan Harahap mengatakan, hampir di setiap daerah memiliki ragam permainan rakyat dan olahraga tradisional. Di antaranya enggrang, terompah, hadang, ketapel glindingan, rangkualu dan lainnya.
Keunikan permainan rakyat dan olahraga tradisional itu mengisyarakatkan bahwa bangsa ini memiliki wujud persatuan.
“Jenis-jenis permainan itu mengajarkan kepada kita semua tentang bela rasa, gotong royong, kebersamaan, welas asih, toleransi, adil, jujur, disiplin, sportivitas pada saat bermain. Itulah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila,” kata Agustin.
Dikatakan Agustin, dewasa ini dengan ragam budaya Indonesia, masyarakat dihadapkan pada dinamika sosial yang sangat kompleks. Indonesia dengan multikulturnya secara perlahan digerus perkembangan zaman dan tantangan global.
“Permainan rakyat dan olahraga tradisional semestinya menjadi solusi bagi pemerintah dalam menghadapi tantangan masuknya faham radikalisme dan intoleransi. Tak kalah pentingnya, terobosan pendidikan dengan menghadirkan kurikulum pendidikan Pancasila dengan pendekatan kearifan lokal di sekolah dari jenjang paling dasar hingga lanjutan," katanya.
"Kelak mereka yang beranjak dewasa bisa memahami pribadinya dan orang-orang di sekitar. Terutama miliki sikap bela rasa, negara, dan bangsa,” sambung Dosen Unimed tersebut.
Di kesempatan yang sama Irjen Pol. (Purn) Ir. Hamli, M.E. Direktur Pencegahan BNPT 2017-2020 menilai masuknya paham radikalisme menjadi tantangan besar terhadap nilai nilai Pancasila.
"Radikalisme biasanya gerakannya menyuburkan sikap intoleran, anti Pancasila, anti NKRI, penyebaran faham takfiri. Ini bisa terjadi dan terdampak pada siapapun tanpa memandang agama dan suku bangsa,” kata Hamli
Dikatakannya, menangkal radikalisasi bisa dilakukan dengan sejumlah hal. Di antaranya melalui kearifan lokal, kesejahteraan, kebebasan, kepercayaan umum, keadilan serta pertahanan keamanan.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022