Hujan seringkali menjadi saat bermain yang menggoda bagi anak-anak. Namun, dalam banyak situasi, bermain saat hujan juga tidak dianjurkan karena efek buruk dari hujan terutama apabila terjadi banjir tidak hanya menyebabkan bencana alam namun juga turut menjadi media penyebaran berbagai penyakit.

Banjir memiliki dampak jangka menengah hingga jangka panjang pada kesehatan, salah satunya yaitu meningkatkan penularan penyakit melalui air dan vektor (water and vector borne disease).

Baca juga: Manfaat melakukan lompat tali untuk kesehatan tubuh

Disampaikan oleh Dr. Nina Dwi Putri, SpA(K), MSc (TropPaed), Dokter Spesialis Anak Sub Spesialisasi Penyakit Infeksi Tropik dan Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia, ada beberapa mode penularan yang disebabkan oleh hujan dan banjir.

"Beberapa penyakit dapat ditularkan melalui air yang terkontaminasi dan higienitas lingkungan tempat tinggal yang bisa memburuk akibat hujan atau banjir," ujar Nina dalam keterangannya diterima Jumat.

Unit Kerja Koordinasi Infeksi dan Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak Indonesia menginformasikan demam dengue masuk ke dalam daftar penyakit yang dapat menyerang anak-anak selama musim hujan.

Genangan air dapat digunakan sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk dan berpotensi meningkatkan paparan infeksi dengue. Infeksi virus dengue adalah salah satu penyakit umum yang menyerang anak-anak dan orang dewasa di musim hujan. Itu terjadi di daerah tropis.

Gejala demam berdarah termasuk ruam, demam tinggi, dan lainnya. Terapkan 3M plus untuk memberantas sarang nyamuk dan menghindari gigitan nyamuk

Selain itu, infeksi jamur juga mengintai kesehatan anak selama musim hujan. Karena kulit menjadi lembab dan basah sepanjang waktu, kemungkinan terjadinya infeksi jamur cukup tinggi. Kulit harus tetap kering sepanjang waktu.

Minta anak-anak Anda untuk mengeringkan diri setelah pulang. Jamur sering berkembang biak ketika kulit lembab dan tidak terkena udara.

Adapula penyakit leptospirosis. Penyakit ini ditularkan melalui kontak kulit atau selaput lendir dengan tanah, lumpur, ataupun air yang terkontaminasi dengan urin hewan pengerat yang terinfeksi bakteri Leptospira. Bahkan jika anak Anda mengalami luka kecil di kakinya, ia harus berhati-hati agar tidak masuk ke air yang terkontaminasi.

Penyakit saluran cerna juga perlu diwaspadai. Sistem pembuangan limbah yang buruk, kebersihan yang tidak terjaga, kepadatan penduduk, dan konsumsi air yang tidak sehat saat banjir turut menyebabkan infeksi pada saluran cerna.

Untuk menghindari infeksi dari makanan dan air yang terkontaminasi, minta anak-anak untuk minum yang bersih dan matang, serta makan makanan yang sehat.

Infeksi yang ditandai dengan demam, nyeri otot dan kepala, sakit menelan, lesu, dan dapat disertai gejala infeksi saluran napas. Sulit membedakannya dengan gejala COVID-19. Untuk itu, perlu pemeriksaan swab SARS-CoV-2.

Untuk bagian mata, konjungtivis kerap terjadi pada anak selama musim hujan. Infeksi pada mata yang ditandai dengan nyeri, mata merah, tidak kuat cahaya, berair, bisa disertai adanya kotoran dan lengket. Infeksi ini mudah menular, sehingga jauhkan yang sakit, jangan berbagi handuk dan barang lainnya, dan sering mencuci tangan, agar menekan penularan penyakit tipus atau demam tifoid.

Demam tifoid atau demam enterik merupakan penyakit yang disebabkan oleh Salmonella Typhi dan Salmonella Paratyphi.

Gejala berupa demam lebih dari 5 hari, nyeri kepala dan gangguan pencernaan. Hindari infeksi ini dengan menjauhi makanan dan minuman yang bersih agar menekan penularan Penyakit tipus atau demam tifoid.

Kolera adalah diare akut yang disebabkan akibat mengonsumsi makanan atau air terkontaminasi bakteri Vibrio cholerae. Masyarakat Indonesia umumnya mengenal Kolera dengan nama Muntaber (muntah berak).

Di awal abad 18 hingga abad 19, Kolera sempat menjadi epidemi yang mengguncang banyak negara di dunia, termasuk Indonesia.

Hepatitis A juga merupakan salah satu penyakit yang ditularkan melalui air yang terkontaminasi virus hepatitis A dengan gejala berupa demam, diare, mual, lemas, serta warna kuning pada kulit dan mata.

Selesma sering terjadi dengan tanda dan gejala batuk pilek. Penyakit yang disebabkan oleh berbagai virus ini paling sering dijumpai pada musim penghujan. Pada masa pandemi COVID-19, sulit membedakannya dengan infeksi oleh SARS-CoV-2.

Untuk anak-anak yang terdampak bencana banjir dalam skala besar yang memerlukan proses evakuasi dan penampungan, kepadatan di tempat penampungan dapat mengakibatkan berbagai penyakit.

Pencegahan infeksi ganda

Dimasa pandemi COVID-19, dapat terjadi infeksi ganda, yaitu penyakit di atas dan infeksi SARS-CoV-2. Untuk itu, pemberian imunisasi yang dapat mencegah penyakit tersebut di atas dan vaksin COVID-19, sangat diperlukan.

DR. Dr. Anggraini Alam, Sp.A(K), Ketua Unit Kerja Koordinasi Infeksi dan Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak Indonesia membagikan sejumlah saran untuk menjaga anak-anak Anda tetap sehat selama musim hujan.

"Hindari memberikan terlalu banyak junk food kepada anak-anak, cegah anak-anak dari jajanan dari tempat yang kurang bersih," jelas Anggraini.

Anak-anak sebisa mungkin mengonsumsi makanan yang bergizi untuk meningkatkan sistem imun mereka.

Anggraini juga mengimbau para orang tua untuk meminta anak-anak agar tetap bermain di dalam ruangan saat hujan deras.

Bagi anak yang suka bersepeda, Anggraini menganjurkan agar anak bersepeda di tempat yang tidak ada genangan air dan hindari mengunjungi tempat ramai dengan anak-anak lain.

"Ajari anak untuk bisa menjaga jarak fisik dari orang lain setidaknya sekitar 2 meter dan hindari berbagi alat makan dan minum," tambah Anggraini.

Selain itu anak juga harus menggunakan masker bila hendak beraktivitas di luar rumah atau bila bertemu dengan orang lain yang tidak serumah dengannya. Jangan lupa untuk mengganti masker secara berkala, dan tidak menggunakan masker secara berulang kali.

"Bersihkan tubuh dari lumpur dan kenakan pakaian yang bersih saat sampai rumah. Sesering mungkin membersihkan tangan dengan disinfektan atau sabun dengan air mengalir dan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum makan dan setelah ke WC," kata dia.

Anggraini juga menyarankan agar air minum sebaiknya direbus hingga mendidih untuk membunuh bakteri yang terkandung di dalamnya.

Bila ada luka, sebaiknya ditutup dengan plester

Jika harus kontak dengan air banjir, maka gunakan pelindung diri seperti sepatu boot dan celana panjang.

Hindari gigitan nyamuk, bila perlu menggunakan kelambu atau losion anti nyamuk. Menerapkan 3M plus, yaitu menguras dan menutup penyimpanan air, mendaur ulang sampah. Larvasida dan losion dapat digunakan sebagai langkah pencegahan infeksi dengue

Ajarkan anak untuk menginformasikan segera kepada orang tua apabila mengalami gejala kurang enak badan atau tidak nyaman di tubuh

"Terakhir, bagi para orang-tua, segera lakukan vaksinasi untuk anak untuk menghindari berbagai penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi," kata Anggraini.

Virus dan bakteri memang tidak dapat kita lihat, namun segala penyakit itu bisa kita cegah. Selain untuk melindungi diri sendiri, menjaga kebersihan dan menerapkan protokol kesehatan juga bisa melindungi orang-orang tersayang di sekitar kita.

Pewarta: Maria Rosari Dwi Putri

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022