Budidaya ikan nila dengan sistem keramba jaring apung (KJA) yang ada di Danau Toba menghasilkan perputaran ekonomi yang cukup signifikan. Tercatat nilai jual hasil budidaya di Danau Toba mencapai Rp4 triliun per tahun. Hal itu tentu berkontribusi terhadap perekonomian daerah.
"Nilai bisnis perikanan di Danau Toba mencapai Rp4 triliun per tahun," kata Kasi Pembinaan dan Pengembangan Budidaya Ikan Dinas Perikanan dan Kelautan Sumut, Widodo saat diskusi dengan tema Danau Toba, Pariwisata vs Bisnis Perikanan" Swiss Bell Hotel Jalan Gajah Mada Medan, Selasa (21/12) malam.
Widodo menambahkan secara perlahan dilakukan pengurangan jumlah KJA di Danau Toba. Hal itu dilakukan untuk mengurangi potensi pencemaran lingkungan.
"Data terakhir 1.439 petak dari tujuh kabupaten KJA yang sudah ditertibkan, KJA itu milik masyarakat. Dari perusahaan juga ada yang dikurangi. Artinya dari masyarakat dan perusahaan sama-sama dikurangi," tuturnya.
Ketua DPD Partai Gerindra Sumut Gus Irawan Pasaribu mengatakan nilai bisnis KJA Rp4 triliun per tahun sebagai potensi yang besar di sektor ekonomi.
Dengan begitu, menurut Gus aspek ekonomi menjadi sisi yang juga harus diperhatikan tanpa mengabaikan aspek konservasi terhadap Danau Toba.
"Nah kalau ditertibkan, gantilah KJA masyarakat tadi. Disitulah kita mendesak, bagaimana ini dikaji secara holistik dan akademis. Sehingga semua terukur dan dapat ditemukan kebijakan yang tepat," katanya.
Berdasarkan data Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) Sumut pada tahun 2020 menunjukkan, produksi ikan nila di Danau Toba adalah sebesar 80.941 ton.
Ekspor ikan nila dari Danau Toba juga memberi kontribusi sebesar 21 persen untuk Produk Domestik Regional Bruto di wilayah Danau Toba dan dinilai jauh lebih besar dari sumbangan sektor lain.
Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) 2021, volume ekspor ikan nila pada 2020 mencapai 12,29 ribu ton dengan nilai ekspor Rp1,5 triliun. Dan penyumbang ekspor tilapia terbesar Sumut yakni sekitar 95 persen.
Diskusi yang terselenggara berkat kerjasama Ikatan Wartawan Online (IWO) Medan dengan Fraksi Gerindra DPRD Sumut turut menghadirkan Guru Besar Departemen Biologi USU Prof. Dr. Ing. Ternala Alexander Barus.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021
"Nilai bisnis perikanan di Danau Toba mencapai Rp4 triliun per tahun," kata Kasi Pembinaan dan Pengembangan Budidaya Ikan Dinas Perikanan dan Kelautan Sumut, Widodo saat diskusi dengan tema Danau Toba, Pariwisata vs Bisnis Perikanan" Swiss Bell Hotel Jalan Gajah Mada Medan, Selasa (21/12) malam.
Widodo menambahkan secara perlahan dilakukan pengurangan jumlah KJA di Danau Toba. Hal itu dilakukan untuk mengurangi potensi pencemaran lingkungan.
"Data terakhir 1.439 petak dari tujuh kabupaten KJA yang sudah ditertibkan, KJA itu milik masyarakat. Dari perusahaan juga ada yang dikurangi. Artinya dari masyarakat dan perusahaan sama-sama dikurangi," tuturnya.
Ketua DPD Partai Gerindra Sumut Gus Irawan Pasaribu mengatakan nilai bisnis KJA Rp4 triliun per tahun sebagai potensi yang besar di sektor ekonomi.
Dengan begitu, menurut Gus aspek ekonomi menjadi sisi yang juga harus diperhatikan tanpa mengabaikan aspek konservasi terhadap Danau Toba.
"Nah kalau ditertibkan, gantilah KJA masyarakat tadi. Disitulah kita mendesak, bagaimana ini dikaji secara holistik dan akademis. Sehingga semua terukur dan dapat ditemukan kebijakan yang tepat," katanya.
Berdasarkan data Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) Sumut pada tahun 2020 menunjukkan, produksi ikan nila di Danau Toba adalah sebesar 80.941 ton.
Ekspor ikan nila dari Danau Toba juga memberi kontribusi sebesar 21 persen untuk Produk Domestik Regional Bruto di wilayah Danau Toba dan dinilai jauh lebih besar dari sumbangan sektor lain.
Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) 2021, volume ekspor ikan nila pada 2020 mencapai 12,29 ribu ton dengan nilai ekspor Rp1,5 triliun. Dan penyumbang ekspor tilapia terbesar Sumut yakni sekitar 95 persen.
Diskusi yang terselenggara berkat kerjasama Ikatan Wartawan Online (IWO) Medan dengan Fraksi Gerindra DPRD Sumut turut menghadirkan Guru Besar Departemen Biologi USU Prof. Dr. Ing. Ternala Alexander Barus.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021