Budayawan Kota Medan, Sumatera Utara, Shafwan Hadi Umry, menilai revitalisasi Lapangan Merdeka Medan seluas 4,88 hektare dapat menjadi permersatu multi etnik.
"Dengan revitalisasi Lapangan Merdeka ini, menjadi salah satu tempat berkumpulnya semua orang dari berbagai etnis, sehingga bisa terwujud wahana pertemuan kultur dan keluarga," ungkap Shafwan di Medan, Sabtu (16/10).
Revitalisasi ini, lanjut dia, sekaligus menjawab aspirasi yang mempersatukan masyarakat, misalnya melalui pergelaran seni berbagai etnis digelar di Lapangan Merdeka.
Baca juga: Wali kota: Revitalisasi Lapangan Merdeka Medan usung konsep hijau
Ia menyatakan kebijakan revitalisasi oleh Wali Kota Medan Bobby Nasution pada awal 2022 sudah tepat, karena banyak manusia modern yang kian terisolasi di rumahnya sendiri.
"Pendekatan revitalisasi ini juga mempertahankan pelestarian sejarah dan karakter Lapangan Merdeka, sebagai ruang publik terbuka sangat tepat," ujar Shafwan yang juga sastrawan Kota Medan.
Dia berharap Lapangan Merdeka yang masa penjajahan Jepang sempat berganti nama Fukuraido juga bisa menjadi ruang pertemuan dengan rencana ruang terbuka hijau (RTH).
"Revitalisasi yang dilakukan kian menumbuhkan kebersamaan warga Kota Medan yang multi etnik. Misalnya melalui pertunjukan seni dan budaya," ujarnya.
Seluruh etnis berkumpul dan menikmati Lapangan Merdeka bersama-sama, kata Shafwan yang merupakan dosen di Universitas Muslim Nusantara Al-Wasliyah Medan.*
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021
"Dengan revitalisasi Lapangan Merdeka ini, menjadi salah satu tempat berkumpulnya semua orang dari berbagai etnis, sehingga bisa terwujud wahana pertemuan kultur dan keluarga," ungkap Shafwan di Medan, Sabtu (16/10).
Revitalisasi ini, lanjut dia, sekaligus menjawab aspirasi yang mempersatukan masyarakat, misalnya melalui pergelaran seni berbagai etnis digelar di Lapangan Merdeka.
Baca juga: Wali kota: Revitalisasi Lapangan Merdeka Medan usung konsep hijau
Ia menyatakan kebijakan revitalisasi oleh Wali Kota Medan Bobby Nasution pada awal 2022 sudah tepat, karena banyak manusia modern yang kian terisolasi di rumahnya sendiri.
"Pendekatan revitalisasi ini juga mempertahankan pelestarian sejarah dan karakter Lapangan Merdeka, sebagai ruang publik terbuka sangat tepat," ujar Shafwan yang juga sastrawan Kota Medan.
Dia berharap Lapangan Merdeka yang masa penjajahan Jepang sempat berganti nama Fukuraido juga bisa menjadi ruang pertemuan dengan rencana ruang terbuka hijau (RTH).
"Revitalisasi yang dilakukan kian menumbuhkan kebersamaan warga Kota Medan yang multi etnik. Misalnya melalui pertunjukan seni dan budaya," ujarnya.
Seluruh etnis berkumpul dan menikmati Lapangan Merdeka bersama-sama, kata Shafwan yang merupakan dosen di Universitas Muslim Nusantara Al-Wasliyah Medan.*
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021