Daniel Silitonga (33), warga Pangipaipaan, Desa Sipahutar I, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara meninggal dunia pascadiciduk petugas kepolisian dari Satres narkoba Kepolisian Resor Tapanuli Utara.
Berghen Silitonga (42), Abang dari mendiang Daniel kepada ANTARA, Jumat (15/10) mengatakan, adiknya diduga telah mengalami penganiayaan sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.
"Secara kasat mata, nyaris sekujur tubuh adik saya mengalami luka lebam mulai dari bagian punggung, dada, telinga, hingga lutut kaki. Daniel telah mengalami kematian tidak wajar," sebut Berghen.
Disebutkan, awal penangkapan atas adiknya oleh sekitar 4 personil kepolisian yang disaksikannya, telah mengalami tindak kekerasan.
Mendiang adiknya yang sebelumnya menerima panggilan seluler berjalan ke luar dari dalam rumah dan disebut tetiba diterjang tendangan petugas hingga terjungkal di atas tanah dan langsung dilumpuhkan dengan 2 paket sabu hasil geledah polisi hingga digiring ke Mapolres Taput, sekira pukul 14.00-15.00 WIB, Rabu (13/10).
"Kami tidak terima dengan kondisi adik saya yang meninggal dunia karena saat dibawa dari rumah pun, Daniel dalam kondisi sehat. Dia tidak pernah mengalami riwayat sesak napas dan sebagainya," terangnya.
Saat adiknya telah berada di Mapolres Taput, kata Berghen, keluarga langsung berupaya menjenguk Daniel pada esok harinya, Kamis (14/10), namun tidak diperbolehkan petugas.
Sehingga, pihak keluarga berinisiatif untuk menjenguk Daniel pada Kamis (15/10), pagi harinya, namun diminta petugas untuk berkunjung kembali sekitar pukul 11.00 WIB, karena alasan belum adanya konfirmasi bertamu.
"Namun, tadi sekitar pukul 11.30 WIB, seorang petugas RSUD Tarutung menelpon dan mengatakan jika adik saya telah meninggal dunia," jelasnya.
Menurut Barghen, saat keluarga tiba di rumah sakit, mereka melihat kondisi Daniel yang telah meninggal dunia dengan luka lebam-lebam di tubuhnya mendorong inisiatif agar kondisi mayat segera diautopsi hingga keluarga harus terima saat mendiang direkomendasikan untuk diautopsi di RS Bhayangkara Medan.
"Menurut pihak rumah sakit, kondisi adik saya telah meninggal sebelum dibawa ke RSUD Tarutung," tukasnya.
Terpisah, Kapolres Taput, AKBP Ronal Sipayung yang dihubungi via gawai menyebutkan, Daniel yang telah menjadi target operasi berdasarkan informasi masyarakat mengalami sesak pernapasan sebelum dilarikan ke RSUD Tarutung.
"Sekitar 11.20 WIB meninggalnya, setelah dibawa dari Polres Taput karena kondisi sesak," ujar AKBP Ronal.
Dikatakan, hasil penelusuran petugas atas gawai milik Daniel yang disita pascapenangkapan terdapat bukti-bukti dirinya sebagai kurir sabu.
"Jadi, dia (Daniel) memang kurir, bagian dari jaringan," jelasnya.
Soal kesimpulan penyebab pasti meninggalnya Daniel, kata AKBP Ronal, pihaknya akan menunggu hasil autopsi.
"Sebelum dia dibawa ke rumah sakit, sesuai keterangan teman satu selnya, dia kan muntah. Saat dia di rumah sakit, dokter juga sempat memberikan bantuan pernapasan," pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021
Berghen Silitonga (42), Abang dari mendiang Daniel kepada ANTARA, Jumat (15/10) mengatakan, adiknya diduga telah mengalami penganiayaan sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.
"Secara kasat mata, nyaris sekujur tubuh adik saya mengalami luka lebam mulai dari bagian punggung, dada, telinga, hingga lutut kaki. Daniel telah mengalami kematian tidak wajar," sebut Berghen.
Disebutkan, awal penangkapan atas adiknya oleh sekitar 4 personil kepolisian yang disaksikannya, telah mengalami tindak kekerasan.
Mendiang adiknya yang sebelumnya menerima panggilan seluler berjalan ke luar dari dalam rumah dan disebut tetiba diterjang tendangan petugas hingga terjungkal di atas tanah dan langsung dilumpuhkan dengan 2 paket sabu hasil geledah polisi hingga digiring ke Mapolres Taput, sekira pukul 14.00-15.00 WIB, Rabu (13/10).
"Kami tidak terima dengan kondisi adik saya yang meninggal dunia karena saat dibawa dari rumah pun, Daniel dalam kondisi sehat. Dia tidak pernah mengalami riwayat sesak napas dan sebagainya," terangnya.
Saat adiknya telah berada di Mapolres Taput, kata Berghen, keluarga langsung berupaya menjenguk Daniel pada esok harinya, Kamis (14/10), namun tidak diperbolehkan petugas.
Sehingga, pihak keluarga berinisiatif untuk menjenguk Daniel pada Kamis (15/10), pagi harinya, namun diminta petugas untuk berkunjung kembali sekitar pukul 11.00 WIB, karena alasan belum adanya konfirmasi bertamu.
"Namun, tadi sekitar pukul 11.30 WIB, seorang petugas RSUD Tarutung menelpon dan mengatakan jika adik saya telah meninggal dunia," jelasnya.
Menurut Barghen, saat keluarga tiba di rumah sakit, mereka melihat kondisi Daniel yang telah meninggal dunia dengan luka lebam-lebam di tubuhnya mendorong inisiatif agar kondisi mayat segera diautopsi hingga keluarga harus terima saat mendiang direkomendasikan untuk diautopsi di RS Bhayangkara Medan.
"Menurut pihak rumah sakit, kondisi adik saya telah meninggal sebelum dibawa ke RSUD Tarutung," tukasnya.
Terpisah, Kapolres Taput, AKBP Ronal Sipayung yang dihubungi via gawai menyebutkan, Daniel yang telah menjadi target operasi berdasarkan informasi masyarakat mengalami sesak pernapasan sebelum dilarikan ke RSUD Tarutung.
"Sekitar 11.20 WIB meninggalnya, setelah dibawa dari Polres Taput karena kondisi sesak," ujar AKBP Ronal.
Dikatakan, hasil penelusuran petugas atas gawai milik Daniel yang disita pascapenangkapan terdapat bukti-bukti dirinya sebagai kurir sabu.
"Jadi, dia (Daniel) memang kurir, bagian dari jaringan," jelasnya.
Soal kesimpulan penyebab pasti meninggalnya Daniel, kata AKBP Ronal, pihaknya akan menunggu hasil autopsi.
"Sebelum dia dibawa ke rumah sakit, sesuai keterangan teman satu selnya, dia kan muntah. Saat dia di rumah sakit, dokter juga sempat memberikan bantuan pernapasan," pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021