Bonus demografi dicirikan dengan dominannya jumlah penduduk usia produktif dibandingkan penduduk usia nonproduktif. Generasi milenial sebagai bonus demografi di lndonesia tumbuh bersamaan dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi.  

Oleh karena itu Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo meyakini generasi muda menjadi penentu kemajuan pertanian nasional. Menurut Mentan SYL, estafet petani selanjutnya berada di pundak generasi ini.

“Generasi milenial adalah masa depan sektor pertanian. Generasi yang mampu memanfaatkan teknologi yang tersedia, dunia dalam genggaman mereka,” ujar Mentan.

Baca juga: Inovatif, TEFA Polbangtan Kementan kembangkan budidaya bawang merah sepanjang musim

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, menyatakan bahwa keberadaan para petani milenial sangat diperlukan untuk menjadi pelopor. 

Petani milenial diharapkan mampu menarik minat generasi muda untuk menekuni usaha di bidang pertanian.

“Mereka (petani milenial) diharapkan mampu menarik minat generasi muda untuk menekuni usaha di bidang pertanian. Apalagi sudah banyak petani milenial yang kini telah menjadi pengusaha sektor pertanian dan mengembangkan usahanya dari hulu hingga ke hilir,” ujar Dedi. 

Alumni Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Medan, Hakimil Alhaz dan Dendi menilik teropong kaca pengusaha dengan budidaya jamur tiram. Mereka menyebut usahanya dengan Jamur Tiram Demil.

Hakimil Alhaz dan Dendi memilih menjadi petani jamur tiram karena jamur tiram sebagai bahan pangan eksotis menjadi peluang tersendiri. Kini banyak restoran, kafe, hotel yang menghidangkan menu jamur yang kaya akan kandungan serat, betaglucan, vitamin B, mineral, kalium dan beberapa jenis karbohidrat.

Selain itu harga jual jamur cenderung stabil, modal yang tidak terlalu besar serta perawatan yang mudah. Bahkan selama pandemi mereka kewalahan dalam memenuhi permintaan jamur tiram.

Memutuskan untuk menjadi wirausaha di bidang pertanian, Hakimil Alhaz dan Dendi mengaku menerapkan ilmu dan pengetahuan yang telah mereka dapatkan selama 4 tahun di Polbangtan Medan. 

Usaha yang dimulai pada awal bulan Mei tahun 2021 dengan 1000 baglog pertamanya mampu menghasilkan produksi 1 kwintal jamur tiram dengan harga jual Rp. 25.000 per kilogram. Bermodal pribadi, Hakimil Alhaz dan Dendi memperoleh omset Rp 7.500.000 setiap bulannya. 

Keunggulan usaha Jamur Tiram Demil yang berlokasi di Gaperta Medan yaitu jamur tiram yang diproduksi bersih, besar, halal dan sangat fresh. 

Dari segi pemasarannya, Alumni Polbangtan Medan ini menerapkan sistem layanan pesan antar  COD (Cash On Delivery) sekitar kota Medan dan media sosial seperti Facebook dan Instagram. 

Mereka juga menerima pesanan lewat Whatsapp dengan tujuan untuk memberikan kemudahan bagi  masyarakat atau pelanggannya. Dendi mengatakan bahwa dengan menjamin kebersihan dan kehalalan jamur tiramnya merupakan nilai tambah dari produknya. 

"Saya bersama Hakimil dalam membudidayakan dan memproduksi jamur tiram selalu menjaga kebersihan areal tempat usaha jamur tiram kami, ” ujar Dendi.

Untuk memudahkan transaksi, Hakimil dan Dendi menerima pembayaran secara digital melalui aplikasi Dana dan tranfer bank atau cash. 

Hasil dari memanfaatkan  teknologi digital tersebut, brand Jamur Tiram Demil menjadi semakin dikenal dan semakin  banyak peminatnya terutama selama pandemi COVID-19.

 

Pewarta: Rilis

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021