Kiprah petani milenial semakin nyata. Petani milenial di berbagai daerah, mulai memperlihatkan eksistensinya. Temasuk juga petani milenial di Sumatera Utara.

Salah satunya melalui kiprah alumni Polbangtan Medan, Armila Fazri Nasution, yang mendirikan Najah Grup tahun 2020. Najah Grup menjalani usaha bidang pengolahan rempah dan herbal.

Najah Group  menjadi  salah satu UKM Desa Siundol Julu, Kecamatan Sosopan, Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara, yang didukung oleh generasi muda sebagai motor penggerak.

Baca juga: Cetak generasi tangguh, Polbangtan Kementan tanamkan jiwa kepramukaan

Sejak masuknya era Revolusi Industri 4.0, Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan terobosan dalam meningkatkan produksi pertanian di berbagai komoditas melalui peningkatan minat generasi muda. 

Melalui kegiatan PWMP, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, mengharapkan generasi milenial berani menjadi seorang petani atau mendirikan start up di bidang pertanian. 

“Hal ini bukanlah sesuatu yang mustahil dimana kaum milenial saat ini mulai sadar bahwa pertanian adalah tambang emas tanpa batas jangka Panjang”, ujarnya.

Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi mengatakan generasi muda atau yang saat ini bisa disebut pemuda milenial menjadi penentu kemajuan pertanian di masa depan. 

Estafet petani selanjutnya adalah pada pundak generasi muda, mereka mempunyai inovasi dan gagasan kreatif yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan pertanian. 

“Dibutuhkan sekelompok anak muda yang memiliki loyalitas dan integritas untuk memajukan pertanian Indonesia secara modern dan berorientasi ekspor agar Indonesia menjadi negara agraris yang mandiri pangan,” kata Dedi.

Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian (PWMP) juga menjadi program andalan Kementan dalam rangka regenerasi petani. Ke depan, generasi muda pertanian bukanlah pekerja bidang pertanian, tetapi menjadi pelaku usaha pertanian. Regenerasi petani menjadi hal yang penting dan utama sekarang ini. 

Fokus pada pengolahan kulit kayu manis menjadi beberapa produk turunannya, Armila Fazri Nasution selaku ketua Najah Grup, menjelaskan sebagai generasi milenial yang punya mimipi menjadi millenial agropreneur mendasari  tekad membangun usaha dari hasil pertanian desa. 

"Karena desa adalah masa depan bagi bangsa jika serius mengurusnya dan pertanian adalah ujung tombaknya. Oleh karena itu, kami terus melakukan upaya untuk mengembangkan usaha ini," katanya. 

Ia berharap Najah Groub adalah solusi untuk membantu petani menciptakan produk unggulan daerah khususnya rempah sehingga mampu bersaing di pasar global. 

"Sesuai dengan visi kami menjadi unit usaha padat karya  terbaik dalam menghasilkan rempah- rempah dari potensi hasil pertanian daerah,” tutur Armila.

Omset perkuartal Najah Group mencapai Rp 7.500.000 di tuangkan dalam bentuk laporan keuangan.  Selama masa Pandemi omset Najah Group meningkat tanjam dibanding tahun sebelumnya yang hanya mencapai paling maksimal Rp 4.800.000 saja perkuartalnya.

Sementara untuk pemasarannya, Najah Group menjaring mitra pemasok  dengan  sistem reseller. 

“Jumlah reseller kami saat ini mencapai 20 yang tersebar di beberapa wilayah. Kami juga menjalin kerjasama dengan beberapa toko obat, seperti toko obat Fauzan yang berlokasi di kota padang sidimpuan, toko obat islami yang berlokasi di pekanbaru, dan tentunya pemasaran pada pasar lokal yakni dengan memasok pada warung-warung diperkempungan sekitar lokasi usaha. Kami juga membidik pemasaran  online baik melalui medsos maupun  market place seperti tokopedia serta mastore Indonesia," ujarnya.

Pewarta: Rilis

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021