Wali Kota Medan Bobby Afif Nasution menegaskan wilayah yang dipimpinnya saat ini terdiri dari multi etnis bukan hanya Melayu. Beragam etnis inilah yang membentuk Kota Medan.
"Kalau dibilang Medan ini Melayu, kita di sini memang Kesultanan Deli. Tapi pendiri Medan Guru Patimpus, penduduk terbesar kita di Medan ini Jawa, jadi sulit untuk kok dibilang ini Melayu-nya saja," kata Bobby, Sabtu (11/9).
Ada juga anggapan, kata dia, Kota Medan identik dengan etnis Batak. Sehingga tidak bisa dipisahkan atau diklaim hanya satu etnis saja.
Baca juga: Budayawan: Wali Kota jaga tradisi wajibkan ASN pakai pakaian adat
Kemudian ia mencontohkan adanya pengakuan kuliner di Kota Medan yang bukan berasal dari masakan etnis Melayu.
"Kuliner kita selama ini yang kita banggakan bukan masakan Melayu, masakan India juga kita akui masakan Medan. Makanan diakui tapi etnis tidak, Ini harus sama samalah. Keberagaman ini sebagai kekuatan jangan sebagai pemecah," bebernya.
Sebelumnya, kelompok organisasi Melayu melayangkan protes terhadap kebijakan Wali Kota Medan Bobby Nasution yang mewajibkan aparatur sipil negara (ASN) memakai pakaian 11 etnis setiap hari Jumat.
Baca juga: Pelaku UMKM: Perwal ASN memakai pakaian adat bawa angin segar
Aturan itu dianggap mengabaikan sejarah tentang Kota Medan. Bahkan mereka meminta pakaian adat khusus dari etnis Melayu yang dipakai ASN di lingkungan Pemko Medan. Sedangkan yang lain tidak.
Perwakilan kelompok Melayu, Daeng Afif, menjelaskan etnis Melayu merupakan bagian sejarah dari Kota Medan.
Sebagai etnis tempatan dengan berbagai bukti sejarah yang ada di Kota Medan. Daeng menyebut Istana Maimun dan Masjid Raya Al-Mashun Medan sebagai bukti peninggalan kerajaan Melayu di Medan.
"Akar sosiologis masyarakat Kota Medan yakni etnis Melayu dengan kebudayaan Melayu harus tetap dijaga, dilestarikan, dipelihara, dan dihormati," ujarnya kepada wartawan.
Ia meminta Wali Kota Medan untuk menetapkan busana Melayu yakni Teluk Belanga bagi pria, dan baju kurung bagi wanita kepada ASN
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021
"Kalau dibilang Medan ini Melayu, kita di sini memang Kesultanan Deli. Tapi pendiri Medan Guru Patimpus, penduduk terbesar kita di Medan ini Jawa, jadi sulit untuk kok dibilang ini Melayu-nya saja," kata Bobby, Sabtu (11/9).
Ada juga anggapan, kata dia, Kota Medan identik dengan etnis Batak. Sehingga tidak bisa dipisahkan atau diklaim hanya satu etnis saja.
Baca juga: Budayawan: Wali Kota jaga tradisi wajibkan ASN pakai pakaian adat
Kemudian ia mencontohkan adanya pengakuan kuliner di Kota Medan yang bukan berasal dari masakan etnis Melayu.
"Kuliner kita selama ini yang kita banggakan bukan masakan Melayu, masakan India juga kita akui masakan Medan. Makanan diakui tapi etnis tidak, Ini harus sama samalah. Keberagaman ini sebagai kekuatan jangan sebagai pemecah," bebernya.
Sebelumnya, kelompok organisasi Melayu melayangkan protes terhadap kebijakan Wali Kota Medan Bobby Nasution yang mewajibkan aparatur sipil negara (ASN) memakai pakaian 11 etnis setiap hari Jumat.
Baca juga: Pelaku UMKM: Perwal ASN memakai pakaian adat bawa angin segar
Aturan itu dianggap mengabaikan sejarah tentang Kota Medan. Bahkan mereka meminta pakaian adat khusus dari etnis Melayu yang dipakai ASN di lingkungan Pemko Medan. Sedangkan yang lain tidak.
Perwakilan kelompok Melayu, Daeng Afif, menjelaskan etnis Melayu merupakan bagian sejarah dari Kota Medan.
Sebagai etnis tempatan dengan berbagai bukti sejarah yang ada di Kota Medan. Daeng menyebut Istana Maimun dan Masjid Raya Al-Mashun Medan sebagai bukti peninggalan kerajaan Melayu di Medan.
"Akar sosiologis masyarakat Kota Medan yakni etnis Melayu dengan kebudayaan Melayu harus tetap dijaga, dilestarikan, dipelihara, dan dihormati," ujarnya kepada wartawan.
Ia meminta Wali Kota Medan untuk menetapkan busana Melayu yakni Teluk Belanga bagi pria, dan baju kurung bagi wanita kepada ASN
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021