Lima mahasiswa dari dua fakultas Universitas Brawijaya (UB), Malang, Jawa Timur  membuat terobosan teknologi pembuatan minyak cacing berbasis metode elektroporasi sel yang diberi nama "High Intensity Cold Corona (HI-CC).

Kelima mahasiswa yang tergabung dalam Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Penerapan IPTEK Fakultas Teknologi Pertanian di bawah bimbingan dosen Angky Wahyu Putranto itu adalah Clara Dwi Anggraini (TEP 2018), M. Usman Sihab (TIP 2018), Maulana A’inul Yaqin (TIP 2018), Wafa Nida Faida Azra (TEP 2018), Fitria Najmi Fathin (TIP 2019).

"Teknologi HI-CC memiliki keunggulan, di antaranya mampu mengekstrak cacing yang dapat mempertahankan kandungan minyak cacing, menghasilkan rendemen yang tinggi dari 5 persen menjadi 23 persen dengan proses singkat selama 4 jam dan pengunaan energi yang jauh lebih murah" kata koordinator tim, Clara Dwi Anggraini di Malang, Sabtu (21/8).

Baca juga: Mahasiswa Polbangtan Medan kembangkan teknologi budidaya pertanian perkotaan di Kawasan Food Estate

Teknologi yang mereka buat itu untuk membantu menyelesaikan permasalahan CV Rumah Alam Jaya (RAJ) Organik melalui teknologi ekstraksi bernama HI-CC.

Ia mengatakan cacing tanah (Lumbricus rubellus) adalah cacing yang memiliki kelebihan tidak berbau, cepat berkembang biak, tumbuh subur, dan mudah beradaptasi.

Cacing ini memiliki manfaat yang besar, baik dibidang kesehatan maupun kosmetik, sehingga memiliki daya jual tinggi. Budi daya cacing ini dimanfaatkan CV RAJ) Organik di Kecamatan Sukun, Kota Malang, Jawa Timur.

Clara mengemukakan teknologi HI-CC merupakan alat ekstraksi menggunakan prinsip kerja elektroporasi sel pada sistem radiasi tegangan tinggi.

Kata Cold Corona berarti adanya lecutan listrik yang berpindah dari satu elektroda ke elektroda lainnya tanpa menghasilkan panas, sehingga tidak merusak produk. T

Ia menjelaskan teknologi ini memiliki dua chamber utama dan alat distilasi. Chamber tersebut meliputi Chamber HI-CC dan press chamber. Pada chamber pertama akan dilakukan elektroporasi pada radiasi tegangan tinggi, yakni tegangan input sebesar 15-20V dan tegangan output 43-50kV selama 30 detik dan frekuensi 1 Hz.

Press Chamber berfungsi sebagai chamber penyaring untuk memisahkan minyak dan ampas cacing.

Cara kerja alat ini, lanjutnya, dengan mencampurkan tepung cacing dan coconut oil sebagai pelarut pada chamber pertama, di dalam chamber ini akan dilakukan proses elektroporasi sel selama 30 detik pada suhu 400C serta pengadukan menggunakan stirrer untuk menghomogenkan bahan dan mengoptimalkan proses radiasi tegangan tinggi.

"Hasil ekstraksi dituangkan pada chamber pressure yang terdapat jaring-jaring untuk menyaring antara ampas cacing dan minyak. Setelah itu, minyak hasil penyaringan akan didistilasi agar menghasilkan minyak cacing murni," ujarnya.

Pemilik CV RAJ Organik, Adam mengatakan produksi cacing setiap hari mencapai 1-2 ton cacing segar, dengan produk olahan cacing unggulan, salah satunya minyak cacing.

"Permintaan minyak cacing khususnya di bidang kesehatan, industri sabun dan kosmetik mengalami kenaikan yang signifikan terutama di era pandemi. Namun, permasalahan ada produksi minyak cacing yang belum dapat teratasi, sehingga tidak bisa memenuhi pasar dan kualitas minyak cacing yang belum baik," tuturnya.

Permasalahan tersebut meliputi nilai rendemen yang rendah hanya sebesar 5 persen, proses produksi yang tidak optimal dan waktu produksi yang lama, sehingga memerlukan energi yang besar dalam satu kali proses.

Sementara itu, dosen pembimbing tim, Angky Wahyu Putranto mengatakan teknologi ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan, khususnya pada produksi minyak cacing agar memiliki kualitas tinggi, waktu yang cepat dan biaya proses yang terjangkau.

"Harapan kami, dengan adanya teknologi HI-CC ini dapat membantu permasalahan CV RAJ Organik ini,” katanya.




 

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021